Saat ini Alan ditunjuk untuk menjadi Direktur Utama perusahaan Bussines Star yang sebelumnya dipegang sang kakek. Kakek Alan berencana untuk pensiun di usianya yang sekarang. Semua beban, tentunya berada di pundak Alan dan nasib perusahaannya berada di genggamannya. Awalnya, kandidat itu akan diserahkan pada pamannya, namun paman Alan memilih fokus pada perusahaan cabang yang ia kelola saat ini. Dan kalaupun harus memilih, sang kakek memang akan memilih Alan yang setelah menyelesaikan kuliahnya, ia rela menggantikan posisi almarhum sang Ayah. Dan berkat kerja kerasnya, perusahaan pun sudah memiliki banyak inovasi yang dapat memperpanjang kesejahteraan perusahaan.
Awal karir Alan sebagai Direktur memang sangat rumit. Sudah tiga bulan laba perusahaan anjlok dan mereka harus membuka kerjasama dengan pihak lain untuk memperbaiki permasalahan yang sedang terjadi. Ternyata, menjadi seorang karyawan dan pimpinan terasa sangat berbeda bagi Alan. Kini, ia harus fokus untuk kesejahteraan ribuan karyawannya.
"Pak Beni, segera ajukan permohonan kerjasama pada perusahaan Kijang Group."
"Pak Alan, bukannya saya tidak mau ikut campur, ada perusahaan yang suka rela menerima kerjasama dengan perusahaan kita Pak."
"Serius? Perusahaan mana? Selain Kijang Group, gak ada perusahaan lain yang pernah kerjasama dengan kita."
Pak Beni menyerahkan sebuah lampiran dan riwayat perusahaan.
"Lo.A group (line of advanced group), perusahaan ekspor impor barang. Kriteria sudah cocok sepertinya bagi perusahaan kita. Kita harus mengadakan pertemuan secepatnya."
"Itu akan saya urus secepatnya Pak. Saya akan beritahu soal jadwal pertemuannya."
"Terima kasih kalau gitu. Pak Beni silakan bekerja kembali."
Alan tiba-tiba merindukan istrinya, Alista. Ia sekarang sedang fokus pada pendidikannya. Alan menyuruh Alista untuk menghentikan pekerjaan apapun yang ia lakukan sebelumnya. Alista memang berniat untuk menjadi pengacara. Impiannya harus ia gapai demi dirinya dan keinginan almarhum sang Ayah tercinta. Celah rindu setiap detik selalu Alan rasakan. Ia tak bisa satu hari pun tak menghubungi sang istri.
"Halo, kamu udah selesai? Biar nanti aku jemput."
"Iya, kira-kira aku keluar 7 menit lagi."
"Oke, aku tunggu di depan ya. See you."
Alan segera memakai jasnya kembali, dan pergi untuk menjemput sang istri. Sampai di sana, Alista keluar.
"Alan?"
"Udah selesai? Kita cari makan di sekitaran sini. Ayo!" Ucapan Alan Alista balas dengan senyuman manisnya.
Sampai di sebuah Restoran. Alan dan Alista bertemu secara kebetulan dengan Bagas dan Fania. Kebetulan yang memang menjengkelkan tentunya bagi Alan.
"Bagas?"
"Alista. Makan di sini? Join aja."
Mereka berempat akhirnya makan bersama. Sempat merasa tidak nyaman ketika Alan harus menghargai teman Alista yang memang sebelumnya pernah menjengkelkan dirinya.
"Lan, apa kabar? Maaf ya, waktu itu gak bisa dateng."
"It's ok."
"Wah kalian serasi ya."
Fania membuat Bagas malah jatuh menjadi canggung. Ia bahkan sungguh tak nyaman ketika mendengar Fania memuji pasangan suami istri di hadapannya.
"Oh iya, nih Lis. Gue pesenin lo sup ayam. Dulu kan lo suka banget sama sup."
Sikap Bagas membuat Alan menyurangkan alisnya heran. Ia bahkan tak suka ketika Bagas memperhatikan istrinya.
"Hehe, makasih. Gak usah repot-repot tadinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
ALISTA
Fiksi RemajaAlista harus menjadi tulang punggung keluarga setelah kematian kedua orangtuanya. Ia harus menghidupi dirinya dan satu adik laki-lakinya. Beberapa pekerjaan ia lakukan dengan keras termasuk menjadi guru privat anak orang tajir. Sebuah masalah timbul...