36. Kepastian Rasa

397 17 6
                                    

Dara adalah cinta
Aldi adalah luka

-SalmaAditian-

***
"Pagi bang" sapa Dara sambil mencium kedua pipi Edgar. Lalu duduk di hadapan Edgar

"Pagi ra" jawab Edgar sambil tersenyum ke arah Dara

"Hari ini Dara pulang telat kayanya. Ada kelas tambahan gitu. Jadi abang gausah jemput Dara"

"Loh ko gausah jemput?"

"Kan abang harus kerja. Kalo Dara mah pulang naik Grab juga bisa"

"Nanti kalo sempet abang aja yang jemputin ya"

"Iya deh"

"Yaudah sarapan cepet" Dara mencomot roti selai coklat keju dihadapannya

"Gimana Aldi?" Pertanyaan yang Edgar lontarkan mendadak membuat selera makan Dara menghilang

Dara tersenyum kecil untuk menjawab pertanyaan Edgar

"Malah senyum" cibir Edgar

"Lo itu udah dewasa de. Lo udah tau mana yang baik buat diri lo. Gue mah udah gada hak buat atur hidup lo"

"Abang ko gitu ngomong nya?"

"Iyaa emang gitu kenyataannya. Lo harus bisa membuat kepastian rasa. Ketegasan buat hati lo. Lo harus lakuin itu"

"Ya tapi kan gak harus lepas tanggung jawab juga bang. Dara masi mau diperhatiin abang"

Edgar tersenyum kecil lalu menjulurkan tangannya untuk mengacak puncak kepala Dara

"ternyata lo masih jadi Dara si anak manja" ucap Edgar sambil tersenyum

Dara ikut tersenyum lalu menyantap roti dan meminum susunya.

***
"Dara belajar dulu ya bang" pamit Dara sambil mencium tangan kanan Edgar

"Belajar yang bener lo ferguso!" canda Edgar sambil mengacak puncak kepala Dara

"Ishh apaan sih. Lihat nih rambut gue jadi berantakan!" kesal Dara lalu merapikan rambutnya kembali

"Yaelah yang mau ngeceng mah beda ya" cibir Edgar sambil kembali mengacak rambut Dara

"Abang ih! Udah ah gue turun" Dara segera turun dari mobil Edgar lalu berlari kecil menuju gerbang tinggi yang menjulang sebagai tanda selamat datang di kampusnya.

"Udah jadi calon dokter aja lo de" Gumam Edgar. Setelah itu Edgar segera menyalakan mesin mobilnya dan segera melajukannya menuju kantor tempatnya bekerja.

Dara berjalan memasuki lift menuju kelasnya yang berada di lantai tiga. Tanpa diduga ternyata didalam lift itu ada seorang lelaki yang sedang membaca buku yang sedang ia pegang.

Lelaki itu menatap Dara yang berdiri disamping nya

"Loh Dara" sapa lelaki itu tak lupa dengan senyum manisnya

Rasa TerdalamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang