Ketika kita sudah tak lagi sanggup memaksakan waktu, ingatlah aku sebagai orang yang mencintaimu hingga melumpuh
•••
"Lo tau novel Garis waktu gak Ra?" tanya Radif sambil menatap wajah Dara yang sedang sibuk dengan buku ditangannya
"Tau lah. Kenapa?"
"Oh nggak"
"Gue kesana dulu ya, mau cari buku juga" pamit Radif lalu pergi meninggalkan Dara
Dara masih sibuk mencari buku pada rak besar dihadapannya.
Jika sudah berurusan dengan novel, maka Dara akan melupakan semuanyaHari sudah semakin gelap, Mereka pun memutuskan untuk segera pulang, karena angin malam ini sedang tidak bersahabat, Radif khawatir jika sang angin akan membuat bintangnya kedinginan
"Ra, ko lo gak bawa jaket sih?" tanya Radif sedikit kesal
"Lupa gue dif" alibi Dara
"Bukan lupa lupa ra, nanti kalo lo masuk angin gimana?"
"Gak lah gabakal, lagian gue kuat ko"
"Kuat matalo sobek. Udah nih pake jaket gue"
"Tapi kan lo pake kaos lengan pendek Radif, nanti lo masuk angin"
"Gue cowo. Fisik gue lebih kuat dari lo, dan tugas gue adalah ngelindungin lo" Radif menyampirkan jaketnya kebahu Dara
"Pake!" titahnya
Dara akhirnya mengalah, dia tersenyum melihat kekhawatiran Radif yang tadi ditunjukannya
Setelah jaket Radif sudah melekat ditubuh Dara, dia langsung memeluk Radif. Membuat yang dipeluk terkejut dan deg degan gak karuan
"Makasih ya dif"
"Ng—ngapain peluk peluk?" tanya Radif sambil membalas pelukan Dara
"Munafik lo" Dara terkekeh pelan
"Biar lo gak dingin, gue peluk sekarang aja" lanjut Dara
•••
Sesampainya didepan rumah Dara, Dara langsung membuka jaket Radif yang ia kenakan tadi dan segera memberikannya pada Radif"Nih. Makasih ya"
"Makasih buat apa?"
"Makasih buat hari ini"
"Oh iya"
"Sering sering eheee"
"Ashiappp"
"Yaudah gue masuk dulu ya, lo juga langsung pulang, udah malem, dan lo pasti cape kan"
"Iya bawel"
"Yaudah bye dif"
"Eh ra tunggu" Dara berbalik menatap Radif
"Kenapa dif?"
"Ini tadi gue gak sengaja liat ini, jadi gue beliin buat lo" ucap Radif sambil menyodorkan paper bag ditangannya
"Waahh makasih dif" ucap Dara senang
Radif tersenyum lalu mengacak puncak kepala Dara
"Yaudah masuk sana"
Dara tersenyum sekali lagi lalu memasukan motornya ke dalam garasi. Setelah itu Radif segera melaju menjauh dari pekarangan rumah Dara
***
Dara kini sedang makan malam bersama dengan Edgar, dengan candaan candaan yang Edgar lontarkan membuat Dara tertawa bahagia"Lo dari mana btw?"
"Main sama Radif" jawab Dara sambil tersenyum lebar
"Ehem ehemm kayanya gue mencium bau bau move on nih"
"Ehh apaan sih ah"
"Masih aja ber-alibi lo hijahiya!"
"So tau lo bang"
"Gue tau keles"
"Alay lo ah" Dara beranjak dari kursinya
"Eh mau kemana lo?"
"Tidur ah udah malem" ucap Dara sambil mencium kedua pipi Edgar bergantian lalu berlari kecil menuju tangga
Sesampainya di kamar, Dara langsung membaringkan tubuhnya diatas ranjang.
"Eh tadi Radif ngasih gue apa ya" Dara terduduk diujung kasur lalu membuka paper bag yang tadi diberi Radif
Sebuah buku?
"Buku apaan ini?" tanya Dara bermonolog
Senyumnya kembali mengembang saat membaca judul bukunya
Garis waktu—sebuah perjalanan menghapus luka—
Dara membuka lembar pertama buku itu. Terdapat secarik kertas didalamnya
Cepet move on ya._.
Dara terkekeh pelan membacanya. Setelah itu dia hanyut dalam dunia penuh kata itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rasa Terdalam
Fiksi RemajaDara seorang gadis cantik yang jarang sekali tersenyum. Cewek aneh namun istimewa. Kepala batu yang dapat menaklukan manusia seperti Aldi. Yang memang jelas jelas suka membangkang. Badboy yang paling dara benci. Aldi yang selalu memperjuangkan dara...