-BAGIAN SATU-
"Mungkin sifatmu memang dingin, untuk itu aku datang dan menghangatkanmu."
________________________Pagi ini tak secerah pagi kemarin. Tak ada hamparan langit biru, yang ada hanyalah hamparan awan mendung yang setia menutupi matahari hingga membuat udara menjadi dingin.
Mylan yang membaca hujan akan turun pun bergegas meraih jaket abu-abunya dan segera berjalan memasuki mobil. Sekali lagi, dia harus melewati hari yang membosankan.
Mylan Alio Mel namanya. Cowok dingin, ketus, dan sinis, tapi mampu membuat para perempuan jatuh cinta pada pandangan pertama. Ah, lagi pula, siapa yang tak bisa jatuh cinta pada cowok sekeren Mylan? Cowok berbadan atletis yang tegap, hidung mancung, dengan sepasang mata tajam yang penuh karismatik. Wajah tampannya seperti pahatan sempurna yang tak dapat ditemukan di tempat lain, membuatnya menjadi idola para gadis. Sungguh ciptaan Tuhan yang menakjubkan.
Sekitar dua puluh meter dari sekolah, Mylan mulai menurunkan kecepatan mobilnya. Dia mendesah kesal saat melihat gerbang sekolah masih terlihat ramai oleh para siswa yang berlalu lalang. Hal itulah yang menjadi alasan Mylan untuk selalu datang lebih lambat dari siswa lainnya. Dia bukanlah tipe manusia yang menyukai tempat ramai.
Akan tetapi, kenyataan tak semulus yang Mylan pikirkan. Tanpa diduga, tiba-tiba seorang perempuan menyebrang jalan tanpa melihat ke kanan dan ke kiri, membuat Mylan mendadak membanting stir hingga membuat kepalanya terbentur dengan keras. Sakit memang, tapi rasa sakit itu tak menjadi penghalang bagi emosi untuk mempengaruhi Mylan. Tanpa memperdulikan rasa sakit yang masih dirasakannya, Mylan keluar menghampiri seorang perempuan yang masih berjongkok di tengah jalan dengan menutup matanya. Untung saja jalan yang Mylan pilih adalah jalan yang sepi, sehingga perbuatan perempuan itu tidak berakibat fatal.
Mylan kembali memperhatikan perempuan yang berbeda seragam dengannya. "Selain pake kaki, jalan itu juga harus pake mata mbak! Kucing aja kalau nyebrang liat kanan kiri dulu!" ucap Mylan tegas membuat perempuan itu membuka mata dan mendongakan kepala berusaha menatap mata Mylan.
"Eh kok nyalahin gue? Lo tuh yang harusnya hati-hati. Walaupun ini jalan yang sepi, harusnya jangan ngebut dong!" bantah perempuan berambut ikal itu pada Mylan.
Mylan terbelalak mendengar ucapan itu. Padahal sudah jelas-jelas perempuan itu yang menyebrang tanpa melihat ke kanan dan ke kiri, tapi dia berusaha mengelaknya. "Lo kali yang nyebrang nggak liat kanan kiri dulu Mbak! Lo pikir ini jalan nenek moyang lo apa?"
"Enak aja lo manggil gue mbak, mbak, emang kapan nyokap gue kawin sama bokap lo?" tegasnya pada Mylan. "Lo kalau mau ngebut di jalanan, mending bangun jalan sendiri biar bisa ngebut sepuasnya!"
"Ngebut? Lo denger baik-baik ya! Dua puluh meter dari tempat lo berdiri, gue udah nurunin kecepatan. Lo nya aja yang keasikan main handphone, sampe lupa liat kanan kiri--" kalimat Mylan terhenti ketika mengingat sesuatu tentang keadaan mobilnya. Dengan segera dia berjalan kembali mendekati mobilnya.
Emosinya semakin tak tertahankan kala melihat goresan yang lumayan besar menghiasi mobil kesayangannya.
"Woy, sini lo!" teriak Mylan pada perempuan yang kini tengah fokus menatap layar ponselnya.
"Siapa yang butuh?" ketus perempuan itu tak menghiraukan teriakan lelaki yang sama sekali tak dikenalnya. Jemarinya tetap asik menari di atas layar ponsel membalas chat yang sejak tadi masuk.
"Gue mau lo ganti rugi!" tarian ibu jari perempuan itu berhenti seketika mendengar kalimat yang terlontar sangat jelas di telinganya.
"What? Ganti rugi?" teriaknya tak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Painful✔️[Complete]
Teen FictionRE-WRITING (SOON)!!! Pertemuan kita bukanlah sebuah kebetulan, walaupun juga bukan sebuah takdir. Namun tetaplah, bersamamu adalah waktu-waktu yang sangat berharga. Aku tahu setiap pertemuan akan ada perpisahan, namun akan ada dimana sepasang insan...