09. Ruby dan Doel

497 53 0
                                    

🌟Vote!🌟
Happy Readingg

"Ruby, kau kenapa? Matamu bengkak?" tanya Yani khawatir melihat mata ruby yang membengkak akibat menangis

"Aku semalam nonton drakor" ucap Ruby kemudian memeluk Yani

Di pelupuk mata Ruby terdapat genangan air yang kapan saja siap tumpah "kau menangis? Ada apa? Katakanlah" bujuk Yani

"aku hanya menonton drakor" Ruby mencoba berbohong pada yani

"drakor? Memangnya kau menonton film yang mana?" tanya Yani, yang tampak percaya

"aku lupa dengan judulnya. Tapi ceritanya benar-benar menyedihkan" tangisan Ruby kian menderas

"kau lihat itu" ucap dito menunjuk ke arah ruby dan yani, tidak jauh dari pijakannya

"Kau benar, dia menangis" Doel tampak sedih melihat Ruby

"pergilah, dan tenangkan dia" ucap Dito "Ayolah" ucap dito melihat Doel yang tampak bingung

"ok. Aku akan ke sana" doel berjalan lambat

"cepatlah" reflek Doel berjalan lebih cepat dan menghampiri ruby dan yani

"Ruby" Suara Doel membuat Ruby mendonggakkan wajahnya, melihat wajah seseorang yang memanggilnya

"ada apa?!" ketus Ruby

Yani melihat dito dari kejauhan, Dito mengisyaratkan untuk menghampiri dirinya

"apa kau marah?" tanya doel, Ruby memalingkan wajahnya

"tidak" Ruby mendengus

"kita biar saja mereka. Ini waktunya untuk kita pacaran" ucap dito

"gombal" ucap Yani

"baguslah" doel tampak berpikir "kalau begitu aku akan pergi" ucapnya tersenyum geli

Dasar cowok!! Tukang php! Dengus Ruby

"tapi aku mau mengatakan satu hal" doel berhenti sejenak mengambil nafas panjang "aku mencintaimu" Ruby langsung menoleh, tak percaya

"aku hanya ingin mengatakan itu" doel berbalik dan berjalan pelan menjauhi Ruby, ia merasa sandiwara ini terlalu berlebihan. Ia tersenyum Geli

"sebaiknya kau lakukan sandiwara ini. Kau dekati dia, katakan kau mencintainya. Kemudian kau katakan hanya hal itu yang ingin kau katakan. Setelah itu, kau berjalan seolah kau akan pergi" doel teringat ide yang diberikan dito

"tunggu" satu kata itu membuat tubuh doel berhenti dan berbalik

"ada apa?" jawab Doel dingin

Ruby berlarian kecil ke arah Doel lalu memeluknya dengan erat "kau jahat" isak tangis ruby tak terbendung

"a.. Ada apa?" tanya doel

Aku kira rencana ini akan berhasil. Tapi... Umpatnya dalam hati

"aku juga mencintaimu!" ketus Ruby

Senyuman lebar terukir di bibir lelaki itu. Ia tersenyum penuh kemenangan "benarkah?" Ruby mengangguk keras dengan cepat

"Sungguh?" Ruby mengangguk pelan, tersenyum. Lalu kembali memeluk tubuh lelaki itu

"Jadi?" tanya Ruby, senyum penuh harap

Doel tersenyum "Oo ternyata gebetan yang waktu itu kau ceritakan itu aku?" tanya doel lalu mencubit hidung Ruby

"apaan sih?" ruby sedikit mendorong bahu doel, ia tersenyum malu malu. Pipinya bahkan memerah

"tapi aku sedang tidak ingin berpacaran" canda doel, senyum Ruby memudar

"Kau benar. Kakakku tidak memperbolehkanku berpacaran untuk saat ini" candaan Doel menjadi nyata. Ia memasang wajah cemas

"ada apa? Maaf tadi aku hanya bercanda" ucap Doel, Ruby tampak sedih

"setelah aku putus dengan adrian, kakakku tidak lagi memperbolehkan aku berpacaran. Adrian membuatku susah saja" ujarnya dengan kelapa tertunduk

"aku mengerti dengan sikap Leon. Aku juga tidak ingin memberimu harapan palsu. Kau tenanglah" tuturnya menenangkan Ruby

Ruby tersenyum. Ia kali ini merasa tidak salah mencintai laki-laki

"apa menurutmu mereka jadian?" tanya Yani dalam dekapan dito, mereka duduk di taman kampus

"ya, aku yakin. Keduanya saling mencintai" ujar Dito mempererat dekapannya

"ya kau benar" Yani memejamkan matanya, ia merasa nyaman. Angin taman semilir menghanyutkan mereka dalam kisah kasih

ponsel yani berdering, sepertinya seseorang mengubunginya. Senyuman lebar tampak terukir diwajahnya "Papa" lirih Yani

Dito memperhatikan Wajah yani yang tersenyum bahagia, tampak sekali ia merindukan Sosok ayahnya. Ayahnya memang selalu sibuk. Kadang ke luar kota, bahkan keluar negeri. Jadi Yani hanya tinggal dengan mpok ningsih, karena Mamanya meninggal 7 tahun yang lalu dengan tragis. Yani pernah meminta pada ayahnya untuk menikah lagi. Tetapi Ayahnya sangat-sangat mencintai istrinya. Walau ia mengetahui pengkhianatan istrinya bersama Sahabat karibnya, Bimo

"assalamualaikum" sapa Yani

"waalaikumsalam. Nak, papa akan pulang saat akhir pekan"

Yani benar-benar bahagia "wah, ini benar-benar kejutan. Ayah mengatakan akan pulang 2 minggu lagi. Tapi ternyata 3 hari lagi" kata yani tersenyum lebar

"Oh iya, papa juga akan memperkenalkan seseorang nanti. Kau tunggu ya. Ini kejutan loh"

"papa membuatku penasaran saja" yani cekikikan

"ya sudah. Kau jaga kesehatan ya"

"papa juga"

"papa tutup dulu ya. Papa harus meeting lagi"

"iya pa. Assalamualaikum" Wahyu menjawab salam yani, lalu mematikan sambungan telfon mereka

"Om wahyu mau pulang?" tanya Dito

"iya, katanya ada kejutan. Aku jadi tidak sabar" ucap yani kegirangan

"Oh iya orang tua aku juga mau ke sini" ucap Dito

"wah, kita bisa makan malam keluarga dong" saran yani

"ya, pasti menyenangkan" ucap Dito, lalu berdiri

"Mau ke mana?" Yani bingung

"mau ke kelas"

Yani ikutan berdiri, mereka berjalan bersamaan menuju kelas "Nanti pulang bareng ya" Dito mengangguk tersenyum

"Sudah?" tanya Dito yang sudah berada di kelas

"Sudah apaan?" Ruby berbalik tanya

"jadian" sahutnya tidak sabar

"tidak" Wajah Ruby sedih, ia mencoret-coret buku untuk mengurangi Galaunya

"kenapa?" tanya Dito tidak percaya

"Kakak tidak mengizinkanku pacaran" ucapnya menjelaskan

Dito tampak berpikir "kalian backstreet saja" Ruby menghentikan aksi coret-coretnya

"aku tidak mau melanggar ucapan kak Leon" Ruby bersikeras

"terserah kalian saja" sahut Dito

"Yang terpenting kami saling mencintai" ucap Ruby menenangkan dirinya sendiri

"kau benar" Sahut Dito

"Ruby!! Dito!! Berhenti ngobrol! Dengarkan saya" ucap Dosen yang berdiri di depan. Kata-kata Dosen ini membuat keduanya terdiam

Bersambung..!
See you next part

Soul Mate (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang