6 Bulan Kemudian...
“Haris!” teriak Billa kesal
“Apa sih kak?” tanya Haris yang berbaring di ruang tengah
“Ke pasar sana! Gue laper” suruh Billa
“Ogah” tolak Haris mentah-mentah
“Apa sih Bil?” tanya Andre memasuki ruang tengah
“Gue laper” ketus Billa
“Masak aja sana” suruh Andre kemudian duduk di sofa
“Gimana bisa gue masak? Bahan-bahannya udah ludes semua!” kesalnya hingga ke ubun-ubun
“Loh? Bukannya kemaren udah belanja? Kok udah abis aja?” tanya Andre
“Adek lo, bang. Dia abisin semua” sahut Haris
“Yani? Dia apain?” tanya Andre
“Semalam Yani belajar masak, tapi gak jadi-jadi. Terus dia pake semua bahan makanan” ujar Billa
“Ya udah beli lagi aja” ucap Andre
“Lo nyuruh gue?” tuding Billa kesal
“Gak, gue nyuruh adek lo” ucap Andre mengedikkan dagunya ke arah Haris
“Ogah!” tolak Haris lagi
“Lo mau makan gak sih?” tanya Billa
“Gak” singkat Haris
“Issh” desis Billa
“Yani!!!! Yani!” teriak Billa memenuhi penjuru rumah
Ia berjalan menaiki anak tangga dengan cepat, langkah kakinya menuju kamar Yani.
“Yanii!” teriak Billa
“Buka pintu!”
“Yani!! Lo harus tanggung jawab!”
“Woy, kalo lo gak buka, gue dobrak nih!”
“Yaniii!”
Di dalam, Yani mondar-mandir menatap Pintu kamarnya. Ia tahu, ini akan terjadi. Billa akan mengamuk pagi ini. Karena Billa sangat tidak suka jika di dapur tidak ada bahan makanan. Memasak sudah menjadi jiwanya. Karena inilah, Papa Yani meminta Billa tinggal di sini. Mr. Malik tahu betul, kemampuan memasak Yani hanya di bawah rata-rata.
Ah, nasi sudah jadi bubur!
Yani mendekati pintu dengan langkah yang sangat ragu. Ia menatap pintu, membayangkan wajah Billa yang sedang marah itu. Yani membuka kunci dan daun pintu.
Billa menatap Yani tajam, ia sangat menyeramkan di mata Yani.
“Aryani Salsabiella!” tajam Billa
“A.. Apa, bil?” tanya Yani
“lo ke pasar sekarang juga!” perintah Billa
“Lo aja ya”
“kemaren gue udah pergi, sekarang giliran lo”
“minggu ini kan jadwalnya Haris yang ke pasar. Gue minggu depan”
“Lo harus ke pasar!”
“Yani!! Yani! Papa nelpon nih!” teriak Andre dari bawah
“Iyaa”