Cewek berseragam putih biru, rambutnya dikuncir kuda memainkan pensil di tangannya. Memikirkan, gambar apa yang harus ia lukis?
Matanya menerawang, mencari objek untuk lukisannya. Kenapa? Wajah cowok itu muncul?
"Ah, susah!!" Tanpa sengaja cewek ini menyuarakan isi hatinya. Banyak pasang mata yang menoleh ke belakang, menatap cewek ini. Satu yang membuatnya takut.
"Apanya susah, Yani! Gambar aja yang mudah!"
Nyali Cewek bernama Yani menciut. "Iya, bu"
Gambar apa pun yang mudah?
"Oke!"
^^
Hasil lukisan sedang dibagikan. Yani duduk dibelakang sambil membaca novelnya. Akhir-akhir ini dia sering melamun. Memikirkan cowok jangkung yang baru saja datang dan menjadi murid baru di sekolahnya.
"Aryani, maju!" Panggil Bu Sasda
Yani masih asik membaca, tak menyadari panggilan guru seni budaya itu.
"Aryani Salsabiella!! Maju ke depan!"
Wisnu- teman sebangku Yani menyenggol lengan Yani.
"Apa, bu?" Tanya Yani
"MAJU SAYA BILANG!!" Geram Bu Sasda
"I-iya bu"
Dengan segera Yani menuju tempat Bu Sasda. Apa dia melakukan kesalahan?
"Apa ini?" Tegas Bu Sasda
"Lukisan" jawab Yani enteng
"Saya tahu! Tapi siapa yang kamu gambar?! Saya suruh lukis alam benda, bukan gambar orang!"
"Dito Prayuda" jawab Yani lagi
Bu Sasda berdecih, "dasar abg! Duduk sana!"
"Ibu kenal?"
"Tentu saja saya kenal, saya-"
"Kalo Ibu suka sama Dito, saya mundur bu. Bilang aja"
Jawaban Yani membuat Bu Sasda naik darah. "Keluar sekarang juga! Berdiri di lapangan sampai jam saya selesai!"
"Ya ampun, bu, masa ibu tega! Nanti saya sakit gimana?"
"Cepat berdiri di sana!"
Yani menunduk dalam, tak lagi menjawab. Dia hanya mengangguk, dan berjalan ke luar.
^
"Eh, itu Yani?" Gumam Ruby. Dengan cepat Ruby menghampiri sang sahabat.
"Yan, lo kenapa diri di sini?" Tanya Ruby Khawatir, melihat wajah Yani yang lemas dan pucat.
Yani mengulas senyuman menyedihkan, "Gue olahraga"
"Ngaco lo, yaudah, sekarang lo istirahat dulu"
"Gak bisa" bantah Yani, Ruby menatap tak mengerti," Bu Sasda suruh gue diri sini sampe jamnya selesai."
"Yani, sekarang udah jam istirahat."
"Udah?" Yani tersenyum lega. Ia sampai tidak menyadari kalau sekarang sudah istirahat. Kepalamya benar-benar pusing. Selangkah hendak berjalan meninggalkan lapangan. Pandangan Yani menggelap. Ia tumbang hingga tidak bisa melihat apa pun, selain hitam dan gelap.