Vote
Happy Reading❇
Meski terpaksa, Dito mau bertunangan dengan Maya. Hal ini dilakukan karena dorongan Bimo yang mendapat tawaran dari Ayahnya Maya. Tawaran itu berupa beberapa saham diserahkan pada keluarga Bimo. Perusahaan itu dikelola Bimo dan Dito.
Hal ini juga dilakukan Dito untuk melupakan Yani yang mencapakkan dirinya begitu saja. Meskipun bayang-bayang Yani masih beterbangan di kepalanya. Itu akan diusahakan Dito, membuka hati untuk Maya.
"Bagaimana bisa gak?"
"Kau juga tahu, Ayahku dan ayahmu itu bekerja sama. Untuk memperbesar keuntungan, mereka menjadikan kita pion"
"ck! Bagaimanapun itu, rencana mereka tidak boleh terjadi"
Justin menghela nafas pelan "Kau benar, Yani"
" kau...dengan Jessica bagaimana?"
"Oh, begitulah. Dia masih cemburu sama persahabatan kita, padahal udah berapa kali aku katakan padanya"
"cih, anak itu"
"apa kau serius, ambil kontrak Tuan Petter?" tanya Justin hati-hati
"Entahlah. Aku merasa tidak pernah menandatangani surat kontrak itu. Tapi bagaimana tanda tanganku bisa ada di surat itu?" Gumam Yani pelan
"Aku rasa ini aneh"
"Kau benar. Tuan Petter, aku rasa dia mau mengusirku"
"apa kalian memiliki masalah?"
"Iya. Aku pernah menolak dia, mana mungkin aku mau bersama pria tua seperti dia" Kata Yani mencemooh Tn. Petter
"itu artinya kau harus pergi"
"Ck! Kau juga menginginkanku pergi? Astaga, bagaimana ini? Hidupku benar-benar tidak diinginkan" kata Yani pura-pura mengeluh
"Apa ini?!! Kau jangan mengatakan seperti itu" keluh Justin "Itu berarti kau dan mantan pacarmu akan bertemu?"
"hmm.. Tidak pasti kami bertemu. Lagipula Jakarta itu kota yang luas. Dia pasti sudah pulang ke tempat asalnya, aku yakin itu" kata Yani meremehkan
Byurr! Pakaian mahal milik Yani basah, Tiba-tiba salah satu pelayan Caffe di sana tidak sengaja menumpahkan minuman pesanan Yani dan Justin. Minuman itu membasahi sebagian pakaian Yani. Emosinya kian memuncak hingga ke ubun-ubun
"Apa ini!!!! Hah! Pelayanan buruk!!" Bentak Yani sontak berdiri
"Ma..maaf nona Christi. Saya tidak sengaja" Pelayan itu gemetar setelah dibentak Yani sedemikian
"Christi...sudahlah, dia tidak sengaja" Ucap Justin menenangkan Yani
"Cih!! Kau harusnya dipecat!!" Yani mengibas-ngibaskan dress Hitamnya
"Maaf nona" Kata pelayan itu sekali lagi
"Sudah, ayo kita pergi"
Justin mengarahkan tubuh Yani berjalan keluar Caffe
"Bagaimana ini, pakaianku jadi jelek seperti ini?!! Harusnya pelayan itu di beri pelajaran!" umpat Yani merah padam
"Kita pergi ke pusat perbelanjaan" ajak Justin menggenggam jemari Yani
•••
"Aku yang pilihkan" Kata Justin, sementara Yani duduk di sofa yang telah disediakan