★
Selamat membaca 📚📚"Cukup!!!"
dua pasang mata yang tengah berbincang hangat menoleh ke suara. Orang itu berdiri di ambang pintu dengan wajah merah padam.
"Mas...?" Sahut Tari lembut dengan tatapan sendunya
Bimo menutup matanya beberapa detik. Detik berikutnya ia membuka matanya dan menatap istrinya. Dari awal Bimo memang tidak berniat memberi tahu 'sebuah kebenaran' pada Dito. Ia merasa sudah cukup dengan Dito bertunangan dengan Maya. Hal ini juga menguntungkan dirinya.
"Dito kamu pergi ke kamar kamu. Papa mau bicara sama mama" usir pelan Bimo
Tanpa pikir panjang Dito melangkah dari pijakannya. Namun sebuah suara lain menghentikannya.
"Tunggu dito! Mama belum selesai bicara" lirih Tari lemah
Bimo menghela nafas kasar
"ada apa mah?" tanya dito menatap papa dan mamanya bergantia . Serasa ada yang aneh, menurutnya
"Cukup Tari!" sentak Bimo membuat Dito geram.
"Papa!! Mama lagi sakit." tegur Dito
"Mas... Mas mau aku yang sampein atau mas aja?" ucap Tari meminta izin
Biml tak bergeming, ia diam tak mampu membuka suara. Satu yang ia takutkan. Yaitu ketakutannya dito akan membencinya dan mencari Yani ke Jerman.
"Yaudah. Aku aja yang bilang..." Tari menggantung ucapannya, mengambil oksigen secukupnya
" mbak Farah dan papa kamu dulu pernah memiliki hubungan" Ucap Tari dengan tenang
Berbeda dengan dito, ia benar-benar terkejut. Berpikir sejenak, akan kepargian Yani dan cerita mamanya. Pasti semua itu berkaitan!
"Cukup Tari" Ucap Bimo melembut
"mas mau bilang sendiri?"
Bimo kembali terdiam. Matilah sudah, malam ini pasti terjadi kerusuhan. Dito pasti akan mengamuk!
"Lalu Papa kamu menculik mbak Farah yang sedang hamil, hasil hubungan Papa dan mbak Farah" ucap Tari dengan ekspresi yang masih tenang.
"Apa!!" Pekik Dito tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar
Tari menghela nafas pelan "Setelah beberapa jam kehilangan jejak Mbak Farah, Mas Wahyu telpon mama. Ia menanyakan keberadaan mbak Farah, mama juga gak tau saat itu. Tapi entah bagaimana jam berikutnya mas wahyu menemukan keberadaan mbak farah. Dan akhirnya Mbak farah meninggal karena tembakan di dada kirinya oleh Papa kamu sendiri. Itu yang mama denger dari cerita mas Wahyu dulu. Dan itulah sebabnya kita pindah lagi ke makasar" ujar Tari panjang kali lebar
Dito merasa sesak mendengarnya, ia tak pernah menyangka papanya sebejat itu.
"Dito anterin mama ke kamar ya?" pinta Tari lemah
"Iya"
Sesaat Bimo merasa sangat terpukul, ia benar-benar menyesali kejadian naas itu.