happy reading
"Iya, gue Andre. Long time no see, Aisyah"
"Iya, Andre"
"Kalian saling kenal?" sambar Doel
Aisyah mengangguk pelan
"Kenal dimana?"
"Sydney" singkat Andre
Doel manggut-manggut. Walau tak puas dengan jawaban andre ia memilih diam. Mengingat situasi yang kurang tepat.
"Itu adek lo?"
"iya, dia kecelakaan"
°°°
"Saya tidak bisa mendonorkan darah?!"
"Iya, keadaan mbak tidak memungkinkan."
"Tapi saya sudah sehat dok" desak Yani kesal
"Mbak resikonya berbahaya sekali mbak. Kami tidak bisa menanggung resikonya"
Yani menghela nafas pasrah
"dok, mohon" rengek Yani
"saya ti.."
"Dokter! Apa susahnya sih?! Cuma satu suntikan doang kok"
Lelaki berusia sekitar 30 tahunan itu menghela nafas berat. Kesabaranya hampir habis karena gadis keras kepala ini.
"Tapi mbak bisa kena anemia yang lebih parah!" sentak Dokter itu
"Ck! Dokter bukan tuhan! Dokter gak tahu takdir seseorang. Jadi jangan nyolot!" ucap Yani mulai meninggikan suaranya
"Tidak! Tidak! Tidak!" tolak dokter itu tak acuh
Yani melihat ke nametag dokter itu "dr. Andi P."
"Dokter Andi P. Saya tidak peduli! Cepat ambil darah saya!"
"tensi darah mbak masih kategori rendah. Mbak gak bisa"
"Ooo! Jadi kamu meremehkan saya?!"
Dokter Andi memijat pelipisnya yang pusing beradu mulut dengan gadis keras kepala dihadapannya.
"kalau mbak keras kepala seperti ini, lebih baik mbak keluar" usir Dokter Andi menyerah
"Gak mau!" Yani bersikeras
"Kalau kamu nggak ambil darah saya, saya gak akan pernah keluar dari ruangan ini"
°°°
Andre berniat menghampiri sang adik. Sudah lebih dari 20 menit Yani tidak memunculkan dirinya.
"It..itu... Bukannya suara Yani?" gumam Andre menyadari suara sang adik menggelegar di lorong ini rumah sakit ini
Andre mengedarkan pandangannya, mencari ruang Lab. Ia terus berjalan seraya mengumpati Yani.
