22. Rindu

404 47 0
                                    

Vote

Happy Reading📚
°°°

"Gue gak nyangka! Christi! Model yang cantik dari Jerman ini ternyata lo!" puji Rayen setelah selesai pemotretan

Yani tersenyum canggung, ia tak tau harus merespon apa. Pasalnya, Rayen adalah teman dekat Dito. "hmm.." yani berdehem menyembunyikan kecanggungannya "Lo pemilik agensi ini?" tanya Yani meralihkan pembicaraan

"iya." singkat Rayen

"Wah! Hebat banget! Agensi ini kan terkenal banget di indonesia."

"iya, makanya lo beruntung gabung di agensi gue. Lo bakal jadi model terkenal." sahut Rayen "Oh iya, lo mau gue anter pulang?" tawar Rayen

"Maaf, Ray. Gue bawa mobil sendiri. Maaf ya."

"Oh, gak papa kok."

"gue pergi dulu ya" pamit Yani keluar dari studio pemotretan

Rayen memperhatikan punggung yani yang semakin jauh. Ia sedih memikirkan Dito yang sangat terpuruk setelah Yani memutuskan untuk pergi ke Jerman.

°°°

Yani memberhentikan mobilnya di sebuah parkiran mini market dan masuk ke sana.

"Ok! Gue bakal beli satu cemilan rendah lemak. Satu aja!" ucapnya dalam hati dan mengambil cemilan itu.
Saat akan membayarnya di kasir, ia melihat 2 orang yang begitu dekat dengannya dulu.

"Ruby! Doel!" panggil Yani, membuat dua orang yang merasa terpanggil menoleh ke sumber suara

"Yani?!" pekik Ruby melihat keberadaan Yani yang tidak jauh dari pinakannya

Yani segera mendekat menghampiri Ruby dan Doel. Dengan wajah sumringah. Begitu bahagia perasaan Yani melihat dua sahabatnya.

"Lo udah balik?" tanya doel dengan nada dingin dan wajah datar

Berbeda dengan ruby, ia mencak-mencak bahagia melihat Yani telah kembali

"iya" sahut Yani

"astaga!! Lo kapan balik?!! Lo tau gak gue itu kangen! Lo main pergi aja! Gak ada kabar lagi! Tapi sekarang gue seneng banget lo udah balik" ucap Ruby heboh, ia tak peduli dengan orang-orang yang memperhatikan dirinya.

"Eh! Tunggu dulu, lo jangan lompat-lompat juga dong" ucap Yani melihat perut Ruby

"Iya, sayang. Kamu itu bentar lagi mau lahiran. Jangan gitu ah" ucap Doel sambil memegang beberapa belanjaannya dengan Ruby

"Ah, gak mungkin juga aku lahiran di sini" bantah Ruby keras kepala

"gue kangen" ucap Ruby heboh dan memeluk Yani

"Gue juga kok" balas yani memeluk ruby

"maaf ya, gue gak ada kabar. Gue juga minta maaf gak dateng di pernikahan kalian"

"gak papa! Tapi kok lo kurusan begini! Suami lo gak ngurusin lo ya?!" Kata Ruby menaikkan volume suaranya, ia memegangi kedua bahu Yani dan memperhatikan wajah yani yang lebih tirus

Yani mematung, terkejut memdengar pertanyaan Ruby. Suami? Yani masih lajang!! Mungkin ini akibat kebohongannya dahulu.

"Eng...gak." bantah Yani kalut dalam pikirannya sendiri.

"aduh! Gimana sih?! Siapa suami lo? Kasih tau sama gue! Biar gue marahin tu orang" ucap Ruby mulai emosi

"aduh! Sayang... Aku capek nih, megang belanjaan ini. Pulang yuk! Kasian tuh jabang bayi pasti capek juga" ucap Doel membuat Ruby mengerucutkan bibirnya dengan wajah cemberut

"Tapi aku masih kangen sama Yani."

"Ayo" Ucap Doel lalu beranjak ke kasir. Mau tidak mau Ruby mengikuti suaminya

"Nanti lagi yan" pamit Ruby meninggalkan Yani yang mematung di tempat

Suami? Haruskah berbohong lagi? Untuk menutupi kebohongan sebelumnya?.

°°°

Malam sunyi, Yani menatap langit gelap diluar jendela. Tak ada bintang dan bulan, awan menutupi benda-benda langit. Awan mendung yang siap menumpahkan butiran air.

Rindunya yang bersembunyi di balik kebencian menampakkan diri. Yani tiba-tiba merindukan seseorang. Ia sedih mengingat Dito sudah tunangan dengan Maya. Maya yang dulu ngaku-ngaku jadi pacar dito dalam hubungan mereka.

Yani tersenyum miris. Ia benci pada dirinya sendiri yang masih mencintai Dito. Sesungguhnya Yani merasa tersiksa harus menjauhi Dito.

"Woy! Ngapain aja lo ngelamun? Awas loh nanti kerasukan. Nih rumah kan udah lama kosong" Sahut Andre dari belakang lalu duduk di sebelah Yani

"Hmm.. Mending kerasukan bang! Daripada harus kangen terusan"

"Aelah! Udah deh, Dito itu udah tunangan. Yaudah"

"Yaudah apaan nih?!"

"Yaudah cari pacar baru"

"Gaklah!!" Tukas Yani mentah-mentah

"Gini aja. Gue punya temen. Dia jones juga. Sama kaya lo"

"Jadi lo bilang gue jones!!!!" pekik Yani tak terima

"Iyalah. Bayangin aja, hampir 4 tahun lo jones. Kasian gue" Ucap Andre tak tanggung-tanggung

"Sialan lo bang!"

Andre tertawa, dalam hati ia bersyukur Yani tidak murung. Setidaknya Lawakan recehnya bisa hibur adik tirinya ini.

°°°

"Ma. Hati-hati"

"mama baik kok"

"tapi mama pucet banget. Dito anterin ke rumah sakit ya"

"Gak, sayang. Mama bosen di rumah sakit terus. Lagian besok juga ada jadwal kemo" lirih Tari, ia memilih melanjutkan langkahnya ke dispenser air. Tenggorokannya serasa kering.

"Ma, sini biar dito ambilin. Mama duduk aja dulu" Dito memapah tubuh Tari yang kurus untuk duduk di kursi

Tari menurut saja, toh badannya lemas. Ia merasa sudah tidak lama lagi hidup. Penyakitnya sudah terlalu parah dalam tubuhnya

"Dito, Ada yang mau mama omongin."

Dito kembali mendekati sang bunda dengan segelas air. Tari meneguk setengah air yang diberikan dito dan melanjutkan ucapannya

"Apa papa kamu udah cerita, nak?"

"Cerita apa mah?" Tanya Dito penasaran

Tari sedikit tertawa, ternyata suaminya belum mengatakannya.

"tentang kisah lama mama Yani, Farah dan keluarga kita."

Pelipis Dito berkerut, ia tak mengerti. Apa kaitan keluarganya dengan Mama Yani.

"Apa mah?" Dito semakin penasaran

Tari menghela nafas pelan, ia tersenyum dan mengusap lembut pucuk kepala Dito penuh kasih sayang.

"Mama gak mau kamu pisah sama Yani. Mama mau kalian bersama ya" pinta Tari tiba-tiba

Dito tertegun mendengar ucapan mamanya. Balikan? Mustahil! Gadis itu sudah menikah! Bahkan sudah memiliki anak!

"Cukup!!!"

Suara lantangnya membuat orang yang mendengarnya terkejut. Suara kebencian

Tbc

Soul Mate (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang