VOTE
Happy reading"serius gak papa? Gue bisa sendiri kok"
"gue baik-baik aja kok, kan gue udah janji mau dandanin lo" Ruby lalu memulai memilih beberapa baju yang ada di lemari Yani "nah ini aja" Ruby memperlihatkan sebuah dress berwarna biru tua dengan tampilan sederhana namun tampak elegan
"boleh, itu bagus" Yani menyetujui pendapat Ruby, ia meraih dress tersebut dan membawanya ke ruang ganti di kamarnya. Beberapa menit, Yani keluar dengan memakai dress cantik itu
"Wah!! Lo cantik banget yan" ucap Ruby takjub
"hehe, tapi...ini kekecilan deh" Ruby tertawa mendengarnya
"serius? Pantesan Dito manggil kamu Gendut" ruby melanjutkan tawanya
Yani tersenyum melihat Ruby tertawa lepas "yaudah, cariin lagi dong" pinta Yani pura-pura cemberut
"iya iya" ruby mencarikan dress lainnya. Dan ia menemukan dress sepanjang lutut berwarna baby pink "nah ini aja. Tapi kalo kekecilan lagi, lo pake piyama aja deh" ucap Ruby menahan tawa
Yani manyun "Dasar" gumamnya lalu meraih dress itu dan kembali ke ruang ganti
"Ruby" sahut Yani kembali dari ruang ganti
"gila lo cantik banget" ucap Ruby heboh "eh, tunggu dulu" Ruby mencabut label dress itu
"apaan?" tanya Yani
"ini, emangnya lo mau pake baju yang masih ada labelnya" Ruby menunjukkan label tersebut
"oh, iya gue lupa. Ini baju gak pernah gue pake. Jadinya lupa deh" ujar Yani
Ruby memulai mengukir wajah Yani, memberi bedak, lipstik, eyeliner dan lain-lain
"Siap" ucap Ruby selesai merias wajah Yani
"ini serius gue? Wah, gue gak nyangka bisa secantik ini" yani memperhatikan wajahnya di cermin
"lo emang cantik" ucap Ruby "oh ya, lo berangkat jam berapa?"
"setengah jam lagi"
"yaudah, kalo gitu gue pulang duluan yah" kata Ruby
"loh cepet banget"
"gue mau nemenin Kak Dara, kasian dia sendiri di rumah. Bang Leon kan kerja pergi ke jogja"
"oo, gitu. Yauda lo hati-hati ya, makasih loh riasannya cantik"
"iya"
...
Wahyu menyetir mobil, disampingnya Risma duduk dengan anggun memakai dress hitam dengan rambut di sanggul, sedangkan Andre dan Yani duduk tenang disisi belakang. Yani belum memberi tahu perihal kejutannya.
Mobil itu menuju restoran ala eropa yang dulunya restoran yang sering dikunjungi oleh ibunya Yani, Farah.
"Ini... Ada yang ulang tahun?" Risma menatap Yani dipantulan cermin
Yani tersenyum penuh teka-teki "Ada deh"
Wahyu tersenyum bahagia karena Yani mulai menerima Risma sebagai ibunya, setelah bertahun-tahun lalu Farah meninggal. Sebuah Ingatan berputar di kepala Wahyu, tentang Farah dan sahabatnya. Wahyu menggeram dalam diam, mengenyahkan ingatan tersebut. Ia masih memikirkan Dito. Apa hubungan Dito dengan Bimo? Semoga yang dilihatnya hanyalah seseorang yang mirip dengan Sahabatnya
Wahyu pelan-pelan memarkirkan mobilnya dan mereka berempat keluar.
"Yuk" yani memimpin, ia berjalan Menyusuri selasar restoran mewah ini. Diikuti Wahyu, Risma dan Andre. Yani dari kejauhan melihat Dito dan kedua orang tuanya"Nah, itu... " gumam Yani melihat meja Dito. Wahyu ikut melihat kearah sana
"Apa...?" Wahyu melihat keluarga kecil itu. Dan berhenti melangkah membuat Yani, Risma dan Andre bingung "Apa Itu Dito?" Tanya Wahyu datar
Yani sedikit bingung akhirnya menjawab "Iya, kenapa pa?"
"Apa disebelahnya itu ayah Dito?" pertayaan itu keluar dari mulut Wahyu
"Iya" singkat Yani
Sekelebat peristiwa menaungi ingatan dalam pikiran Wahyu
"Pak, ini berkas yang harus di tanda tangani" Bimo menyerahkan berkas map merah. Saat itu dia menjadi sekretaris Wahyu"Oh iya." Wahyu meraih berkas itu, lalu menaruhnya di meja kerjanya. Ia memandangi Sahabatnya ini "Bimo... Aku tahu, persahabatan kita masih terbilang singkat. Kau sudah setahun ini bekerja di kantorku. Lalu aku mengangkat posisimu menjadi sekretarisku. Aku sangat mempercayaimu." Wahyu merangkai kata, membuat Bimo tersanjung
"terima kasih pak" Bimo berkata
"Hmm... Aku ingat, kau memiliki anak laki-laki kan?"
"iya, saya memiliki anak laki-laki bernama Dito" Ucap Bimo sopan
"Bagaimana kita menjodohkan anak kita?"
"Eh? Hmm... "
"kenapa? Apa kau tidak setuju?"
"Saya setuju"
"ah, baguslah. Aryani dan Dito... Mereka pasti akan sangat cocok"
"Mas, baik-baik aja?" Suara Risma menyadarkan wahyu kembali dari ingatan masa lalunya
"aku baik" singkat Wahyu dengan mata yang tidak berhenti melihat Bimo
"pa, ayo kita ke sana. Mereka pasti udah lama nungguin kita" pinta Yani
"apa mungkin Bimo megetahui anaknya menjalin hubungan dengan Yani? Yani putriku?" gumam Wahyu dalam Hatinya. Wahyu digeluyuti rasa bimbang. Ia tidak menyangka Yani berpacaran dengan dito. Dito putra Bimo, Musuhku! Argh bagaimana mungkin aku melupakan Nama Dito!
"Kita pulang!" Wahyu berjalan mendahului, Ia bimbang harus berbuat apa.
Yani menyusul ayahnya diikuti Risma dan juga andre. Tidak mungkin baginya membatalkan pertemuan ini.
"Apa itu sayang?" tanya Tari saat Dito melihat kotak kecil dari bahan beludru yang pasti isinya adalah cincin
"Ini mah...hmm... Cincin" ujar Dito gugup
"ini pasti mau lamar Yani kan?" tebak Tari
"I..iya. Tapi Dito gugup mah"
"Kamu ini kan laki-laki. Kalau cinta itu harus berani. gak usah takut" cemooh Bimo disertai senyum tawar
Dito menghela nafas "iya pa" dito melirik jam "kok yani belum nyampe? Hampir satu jam ini" gumam Dito
"Mungkin macet" Tari berupaya menenangkan Dito yang tampak cemas
"coba kamu telpon Yani" Bimo memberi saran
"iya" Dito menuruti
Telepon yang anda hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan-,
"Gak bisa di hubungin" ucap Dito
"coba sekali lagi" pinta Tari cemas
Telepon yang anda hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan-,
Tbc*
Thanks ya, buat readers yang baca cerita ini dan kasih vote...
