Hawa dingin yang menyambut dinginnya malam yang pekat, namun penuh dengan penerangan jalan. Seolah tak menjadi halangan bagi para kaum adam dan kaum hawa yang berkumpul di salah satu tempat di Jakarta yang biasa menjadi arena balap liar.
Garis start sekaligus garis finish yang menjadi titik awal dan titik akhir dari mereka yang berjuang demi sebuah gelar dan uang telah ditempati oleh mereka yang akan menunjukkan peformanya di atas motor kebanggaannya masing-masing.
Kini mereka tengah dihadapkan oleh seorang perempuan yang memakai crop top satu bahu dan rok jeans mini. Perempuan itu tengah bersiap mengangkat benderanya yang akan menjadi pertanda dimulainya balapan.
Suara motor saling berlomba mengeluarkan keganasannya. Bahkan saat perempuan itu sudah mengangkat benderanya tinggi.
Para pembalap menguarkan aroma peperangan dari kecepatan motor mereka yang di atas rata-rata. Mereka berlomba-lomba untuk menjadi yang pertama mencapai garis finish. Tidak ada di antara mereka yang mau mengalah. Bahkan ada di antara mereka yang bermain curang.
Para penonton yang sedari tadi bersorak ria langsung menyingkir dari jalanan ketika para pembalap hampir mencapai garis finish.
"Fuck! Sialan," umpat salah seorang yang telah kalah balapan seraya memukul helmnya yang telah ia lepaskan dengan frustrasi.
"Well, man. Gue harap ucapan lo bukan sekadar omong kosong kayak banci," ucap sang pemenang dari ajang balap liar dengan tampang datar seraya melipat tangan di dada. Nada sombong nan sinis yang begitu kentara membuat salah satu lelaki yang kalah mendengus kesal.
Lelaki itu turun dari motornya dengan tampang kesal. Melempar kunci motor kebanggaannya. "Sorry. Gue selalu nepatin apa yang udah gue ucapin." Ia melipat tangan di dada. "Lo boleh menang hari ini, Leo. Tapi lain kali, saat kita ketemu lagi di arena. Gue akan ngalahin dan buat lo bertekuk lutut di hadapan gue."
"Gue rasa gue nggak akan ada waktu buat ketemu pecundang kayak lo, Lex," ucap Leo yang kemudian berlalu begitu saja tanpa mempedulikan Alex yang tengah menahan emosi.
Alex Putra Wijaya. Musuh bebuyutan Leo sedari dirinya masih menginjak sekolah menengah pertama. Alex pernah sekolah di SMP Angkasa. Bahkan berada di kelas yang sama dengan Leo. Tapi hanya selama satu tahun saja. Sisanya Alex melanjutkan pendidikannya di sekolah lainnya.
Sedari dulu Alex memang selalu mencari gara-gara pada Leo. Ia selalu menantang Leo untuk berkelahi atau sekadar balapan. Tapi, Leo selalu menolaknya. Waktu yang Leo punya terlalu berharga jika harus dibuang untuk orang seperti Alex. Kecuali beberapa kali Leo pernah bertanding dengan Alex secara tidak sengaja. Dan hasilnya, Leo yang selalu menang.
Leo hanya akan ikut balapan liar dengan beberapa alasan. Yang pertama ketika ia sedang kesal. Kedua ketika moodnya sedang bagus. Dan terakhir, ketika dia lagi ingin saja.
Dan hari ini Leo turun balapan karena alasan nomor dua. Mood Leo tengah bagus karena Cahaya. Dan mengingat hal apa lagi yang bisa dilakukannya pada esok, lusa dan seterusnya pada Cahaya membuatnya sungguh senang. Leo tidak sabar untuk menyiksa dan menghancurkan Cahaya secara perlahan.
"Gue udah yakin banget bro, kalo lo udah pasti bakal menang lagi," ucap salah seorang lelaki yang menghampiri Leo.
"Emangnya ada yang pernah ngalahin gue, Yo?"
"Itu kenapa gue selalu jagoin lo, man," kata Rio sambil menepuk pundak Leo dengan satu tangannya dan tersenyum lebar.
"Fariz, jangan lupa lo kalah lima juta hari ini," kata Reza menatap Fariz seperti penagih utang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfection : Trapped With Troublemakers✓ [Republish+Remake]
Teen Fiction[❎PLAGIATOR❎] #BBS [Bastard Belati Series] #1 Sebuah ketidaksempurnaan yang menjadi sempurna karena adanya cinta. Dan cinta membuktikan segalanya bahwa sebuah rasa itu nyata. ...