39 || Pantang Mundur

1.5K 70 0
                                    

"Kekerasan kadang adalah cara paling ampuh untuk menjadi pelampiasan amarah, kesal, juga sesal."

—Calileo Abimana Bramasta—

***

Somewhere I Belong by Linkin Park🎶

***

Fariz sudah sedikit gemetar karena takut. Biar bagaimana dia masih punya otak untuk tidak mati sia-sia dengan senjata tajam. "Le, gue nggak bisa ngelawan Black Gun juga Kapak Hitam. Lo liat, ada David di sini. Mereka bawa alat buat nyawah alias celurit. Bahkan mereka juga bawa golok sama katana," bisik Fariz pada Leo.

"Benar, Le. Lo tau sendiri gimana reputasi David. Dia nggak akan segan masuk penjara lagi demi habisin musuhnya," sahut Adli.

"Nggak ada kata takut untuk Belati. Kalo lo berdua mau mundur, silakan mundur sekarang. Ingat, Belati itu bukan pengecut yang akan mudah nyerah gitu aja." kemudian Leo menatap Adli yang berdiri tepat di sampingnya. "Dan lo, Dli. Ke mana lo yang nggak pernah kenal takut? Ke mana Adli yang pantang nyerah sebelum menang?"

Adli diam beberapa saat untuk kemudian  berkata mantap. "Kita nggak perlu mundur."

Leo tersenyum. "Itu baru Adli yang gue kenal."

David menatap sinis Leo juga para anggota Belati untuk lalu berdecih. "Lo semua cuma sampah. Bukan level gue," katanya dengan nada sombong.

Leo terkekeh pelan untuk lalu memandang David sinis. Terlebih dengan apa yang tengah di pegang oleh lelaki itu. "Oh ya? Bukannya lo sama geng lo yang sampah?" jeda Leo, "Seorang pria sejati nggak akan bawa senjata untuk ngelawan musuhnya. Karena yang biasanya bawa senjata itu cuma untuk pecundang. Lemah. Percuma jadi cowok kalo fisik nggak dipakai."

David terkekeh pelan. "Ini bukan perkara siapa yang jadi pecundang atau siapa yang jadi jagoan."

Kemudian David maju beberapa langkah dengan katana di genggaman. Fariz sudah mundur beberapa langkah, sedangkan Leo masih di tempat dengan tenang. "Bagi gue, ngabisin musuh itu yang terpenting. Nggak peduli gimana pun caranya."

"Leo lo jangan nekat. Jauhin dia," kata Reza ketika David sudah mengacungkan katananya di depan wajah Leo. Tapi, ucapan Reza seolah angin lalu untuk Leo.

"Kalo lo pikir lo bisa buat gue takut. Lo salah. Pantang bagi gue untuk nyerah." Leo menjeda kalimatnya. "Lo bukan siapa-siapa. Lo nggak bisa buat gue mundur."

Kemudian Leo terkekeh pelan untuk kemudian berkata lagi. "Gue kira, David yang suka jadi bahan omongan adalah orang yang hebat dan punya fisik yang kuat. Nggak terkalahkan karena kehebatannya. Tapi ternyata gue salah.

"Karena lo cuma pengecut yang bisanya berlindung dibalik senjatanya. Karena lo itu nggak bisa berantem. Iya 'kan?"

Amarah David sudah di sampai melewati batasnya. Dengan cepat ia mendekati Leo lagi. Tapi sebelumnya ia membuang terlebih dahulu senjata yang sedari tadi dipegangnya. Ia mencengkeram kerah jaket kebangsaan Leo—Belati—untuk kemudian berkata, "Hari ini, kita main pake fisik. Buat hargain keberanian lo."

Leo memang tidak pernah kenal takut. Seperti yang diceritakan oleh banyak orang. Pantas, Belati menjadi geng yang terkuat di antara sekolah lainnya. Dan David salut akan keberanian Leo. Bahkan ketika dihadapkan dengan senjata tajam yang bisa kapan saja membunuhnya, Leo tidak juga takut. Tidak juga menyerah atau memohon ampun seperti lawan David yang sebelumnya. Dan David jadi penasaran bagaimana rasanya menghancurkan cowok itu.

Imperfection : Trapped With Troublemakers✓ [Republish+Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang