"Hadirmu, mampu buat hariku berwarna. Tanpamu, hatiku terasa hampa."
—Calileo Abimana Bramasta—
***
“Punya lo udah mau habis gitu, Yo. Nih, ambil,” kata Reza pada Rio dengan tangan menyodorkan bungkus rokok.
“Thanks,” kata Rio sesudah mengambil sebatang rokok dan menjepitnya diantara sela jari dan mulutnya. Ia menjentikkan jarinya pada korek api gas dan mendekatkannya ke ujung rokok lalu menyulutnya dengan tenang.
“Eh, Za, tadi gue liat Siska nyari-nyari lo. Kasihan dia lo cuekin terus,” celetuk Ahwal yang diangguki oleh Fariz.
Reza mengangkat bahu. “Tau ah, pusing gue ngurusin dia.” Reza mengembuskan asap rokoknya lalu kembali berkata, “Gue mau lepas dari dia susah banget. Gue coba putusin baik-baik dianya nolak.”
“Yaelah, Za. Makhluk secantik dan sebohai Siska kayak gitu mau lo putusin. Definisi sempurna kayak gitu, Za. Nggak menghargai rezeki nomplok dari langit lo,” celetuk Fariz.
“Tau lo, Za.” Ahwal menimpali dengan heran. “Lo sama Siska baru jadian seminggu yang lalu. Wajar kalo dia nolak diputusin lo. Lagian, kalo lo nggak suka sama dia kenapa lo mau pacaran sama dia?”
“Lo tau gue, gue nggak tega kalo ada cewek nembak gue di depan umum terus gue tolak. Ya, gue terimalah,” kata Reza. “Makanya gue selalu putusin cewek yang jadi pacar gue nggak lama setelah jadian. Paling lama tiga hari harus udah putuslah supaya mereka nggak berharap lebih sama gue.”
Seketika Ahwal yang duduk tepat di samping Reza segera menoyor kepala Reza dari belakang. Membuat Reza mendelik tajam padanya. “Si dodol, itu mulu alasan lo. Kalo lo emang niatnya nggak mau nyakitin perasaan tuh ciwi-ciwi yang nembak lo harusnya lo jangan terima mereka. Karena itu sama aja lo kasih harapan palsu ke mereka.”
Mendengus, Reza berkata, “Ya gue nggak tegalah liat muka mereka yang harus nanggung malu nantinya karena gue tolak. Apalagi dari mereka banyak yang nembak gue di lingkungan sekolah.”
“Yi, gii nggik tigilih. Halah, basi, Za basi. Kalo lo nggak tega sama mereka, jangan kasih harapan dodol,” kata Ahwal kesal. “Mending nanggung malu daripada nanggung sakit hati karena di PHP-in. Nggak heran Lo dapat julukan playboy terbaik plus terkejam di SMA Angkasa.”
Reza mendengus. “Bacot aja lo. Jadi lo pada punya solusi nggak gimana caranya biar gue bisa putus sama Siska?”
“Nggak ada. Udah rasain aja sendiri, Siska 'kan tipe orang yang keras kepala gue jamin lo nggak bakalan bisa putus sama dia. Anggap aja ini karma buat lo, Za,” kata Fariz sambil terkekeh pelan. “Lagian, Siska 'kan cantik, syukurin aja udah.”
Reza mendengus kesal. “Tampang mulu otak lo, Riz. Lo nggak liat betapa buruknya sifatnya si Siska?” Reza menginjak puntung rokoknya dan kembali mengimbuhkan, “Dari awal pacaran sama dia, sumpah gue udah benci banget sama sifatnya. Tukang bully dan bossy habis.”
Leo yang sedari tadi diam, hanya asyik dengan vapenya sontak mendelik pada Reza. “Jadi lo benci sama gue? Terpaksa temanan sama gue?” Membuat Fariz, Ahwal, dan Rio tertawa.
“Gue nggak lagi ngomongin lo,” kata Reza santai.
“Tapi secara nggak langsung lo lagi ngomongin gue sialan,” sahut Leo kesal. Membuat Ahwal, Fariz, dan Rio lagi-lagi tertawa.
“Biar kata sifat lo sebelas dua belas sama Siska and the geng, nggak bisa gue benci sama lo, Le. Lo teman gue dari zaman SMP, masa iya gue bisa jauhi lo,” kata Reza. “Lagian yang gue benci itu sifat lo, bukan lo-nya. Sama kayak Siska.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfection : Trapped With Troublemakers✓ [Republish+Remake]
Fiksi Remaja[❎PLAGIATOR❎] #BBS [Bastard Belati Series] #1 Sebuah ketidaksempurnaan yang menjadi sempurna karena adanya cinta. Dan cinta membuktikan segalanya bahwa sebuah rasa itu nyata. ...