Anjani menghampiri Cahaya yang sedari tadi hanya diam di tempat. Tak ada ekspresi dalam rautnya. Tapi begitu dingin di waktu bersamaan.
Anjani menepuk pelan bahu Cahaya ketika melihat dokter beserta perawat yang sudah keluar dari ruangan. "Kamu nggak apa-apa 'kan Cahaya? Tante harap kamu bisa mengikhlaskan kepergian ayah kamu, ya, Cahaya."
Cahaya menghadap Anjani. Menatapnya dengan raut sama seperti tadi. "Emangnya saya kenapa?" Anjani menatap Cahaya dengan terkejut. Anjani sungguh tidak mengenal Cahaya yang ada dihadapannya sekarang. "Cahaya—"
Cahaya tersenyum tipis dengan sorot dingin dan tatapan kosong. Ia melirik sekilas pada Zayn yang masih sibuk menangisi Pamungkas dan Rinaya yang sudah menatapnya dengan sorot tak percaya. "Dulu, dia selalu jadi bayang-bayang mengerikan dalam hidup saya. Saat saya terlelap pun dia masih bisa menghantui saya. Dia monster yang mengerikan, Tante Jani."
Cahaya tersenyum tipis. Matanya kembali melirik Rinaya. "Dan sekarang monster itu sudah benar-benar pergi untuk selamanya. Dia nggak akan lagi ganggu hidup saya."
Rinaya terisak keras. Menatap Cahaya dengan sorot terluka. "Cahaya—"
Cahaya tersenyum tipis, terlihat sinis pada Rinaya. Tidak peduli lagi pada Zayn yang kini menatapnya tidak paham. Air mata masih membanjiri pipi gembilnya. "Anda perempuan yang telah merenggut kehidupan kecil saya. Anda merebut suami sekaligus ayah orang lain. Dan sekarang suami Anda sudah direbut oleh Tuhan. Bukankah itu impas?"
Anjani ikut terisak. "Cahaya—"
Kini mata Cahaya menatap Zayn. Ia menghampiri anak itu dan berjongkok di depan anak itu. Cahaya mengusap surai anak itu dengan lembut. "Dan kamu selama ini sepertinya hidup baik-baik saja. Kamu bahagia 'kan dapat masa kecil yang indah dari ayah kamu?"
Zayn menangis keras sambil menganggukkan kepalanya. Sedangkan Anjani sudah menatapnya marah. "Cahaya!"
Tapi fokus Cahaya masih pada Zayn. Ia tersenyum. "Tapi kalo masa kecil saya nggak gitu. Masa kecil saya justru penuh dengan tangis dan ketakutan." Kata Cahaya, "Dan sekarang kita impas, Zayn. Mulai sekarang kamu akan tumbuh tanpa ayah."
Cahaya bangkit dan berjalan meninggalkan Zayn yang sudah menangis histeris. Sedangkan Rinaya sudah mendekap Zayn untuk menenangkannya. Sungguh mengharukan.
Sebelum benar-benar pergi dari sana, Cahaya kembali menghadap Rinaya. Menatap perempuan itu dengan sorot dinginnya. "Apa yang terjadi kepada Anda sekarang itu ... karma, Rinaya."
***
Leo keluar dari rumah Cahaya dengan wajah datar. Ia menaiki motornya yang lalu berlalu pergi dari sana dengan kecepatan yang tinggi.
Awalnya Leo tidak percaya dengan ucapan Cahaya. Tapi kini ia terpaksa harus mempercayainya setelah semua yang telah dilihatnya. Leo sudah ada di rumah Cahaya sejakpukul satu pagi sehabis dari Ancol tadi. Tapi tidak ada siapa pun di rumah ini. Tidak Anjani. Tidak juga Cahaya.
Selama kurang lebih tiga jam Leo menunggu di rumah Cahaya hingga pada akhirnya Cahaya datang bersama Anjani juga Rinaya dengan sebuah ambulans Pamungkas berada. Tatapannya sempat beradu pandang dengan Cahaya yang menatapnya tanpa ekspresi dengan sekilas sebelum perempuan itu melengos masuk ke dalam rumah begitu saja. Tak mempedulikan Anjani, Rinaya, Zayn juga Pamungkas yang masih ada di ambulans dan bersiap untuk dibawa masuk oleh beberapa orang dari rumah sakit.
Leo tertawa sumbang. Jadi Pamungkas adalah orang yang telah menghancurkan kebahagiaannya? Pamungkas yang telah membuat Leo harus membenci ibunya sendiri.
Dan ironisnya lagi. Cahaya adalah anak dari orang yang telah menghancurkan kebahagiaannya? Anak dari orang yang telah membuat keluarganya hancur?
Leo sungguh tidak bisa percaya semua ini.
Tapi Leo cukup puas. Sangat puas. Karena untungnya, pria itu sudah meninggal. Jadi Leo tidak perlu repot mengotori tangannya untuk menghajar habis pria itu.
***
Segini aja ya Epilognya.
Bikin Extra Part nggak? Atau nggak usah?
Sedih sih sebenernya harus pisah sama IMPERFECTION. Tapi siklus kehidupan 'kan emang gitu. Ada awalan, pasti ada akhiran. Berani memulai, harus berani juga mengakhiri.
Tapi yaudahlah, mau nggak mau, gue harus ucapin selamat tinggal pada IMPERFECTION.
Terakhir, gue mau ngucapin terima kasih yang banyak untuk kalian semua yang sudah membaca IMPERFECTION sampai sekarang. Sampai 6k lebih.
Gue senang sekali karena imajinasi yang ada di otak yang nggak pinter-pinter amat ini bisa tersalurkan hingga selesai. Pokoknya, terima kasih untuk kalian semua. I YELLOW YOU, GUYS💛.
Gue kasih bonusnya Leo sama Cahaya untuk yang terakhir kali, yaaa gengs.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfection : Trapped With Troublemakers✓ [Republish+Remake]
Teen Fiction[❎PLAGIATOR❎] #BBS [Bastard Belati Series] #1 Sebuah ketidaksempurnaan yang menjadi sempurna karena adanya cinta. Dan cinta membuktikan segalanya bahwa sebuah rasa itu nyata. ...