08 || Menerima Kekalahan

2.7K 131 1
                                    

"Kini, aku punya cara sendiri untuk menaklukanmu."

—Calileo A. Bramasta—

***

BARBEL dan Belati beserta para murid lainnya kini sedang berada di lapangan basket untuk menonton sebuah pertandingan langka yang mungkin tidak akan pernah terjadi lagi.

Banyak murid yang menonton, terutama murid kelas XI dan XII. Mereka penasaran dengan sosok yang berani menentang Leo secara terang-terangan.

Cahaya menantang Leo untuk main basket. Dan siapa yang memasukkan bola ke ring basket terbanyak, maka dialah pemenangnya. Dan dengan senang hati Leo menyetujuinya. Karena Leo punya rencana bagus setelah ini.

Cahaya merebut bola yang dikuasai oleh Leo—yang kini sedang melakukan drible. Kemudian memasukkannya ke dalam ring basket dengan mudahnya.

Skor Cahaya kini lebih mendominasi, membuat dirinya bisa berbangga hati. Cahaya yakin sekali bahwa ia mungkin akan memenangkan pertandingan ini, karena sewaktu SMP dulu Cahaya jago sekali dalam hal bermain basket. Karena ia pernah mengikuti ekskul basket hampir setahun lamanya. Cahaya juga yakin, bahwa berengsek seperti Leo pasti tidak terlalu mahir dalam hal bermain basket.

Saat Cahaya sedang melakukan drible hendak memasukkan kembali bola ke dalam ring, Leo berkata, "Sekarang giliran gue."

Tepat setelah Leo mengatakan hal itu, Leo menambil alih bola basket yang tadi dikuasai oleh Cahaya dengan cepat dan gesit. Kemudian memasukkannya ke dalam ring basket dengan mudahnya.

Kemampuan Leo bermain kini berkembang pesat. Beda jauh dengan permainannya yang tadi. Gerakannya yang begitu lincah dan mahir membuat Cahaya hanya mampu mencetak satu skor lagi saja. Pada akhirnya, Leo lah yang memenangi pertandingan ini dengan perbandingan skor yang berbeda empat poin dari Cahaya.

Leo mendekati Cahaya seraya bersidekap dada. "Gue kira lo punya bakat dalam main basket sampai berani nantangin gue. Tapi ternyata lo cuma sampah," ucapnya dengan tatapan remeh.

Melihat Cahaya yang hanya diam saja, Leo kembali melanjutkan, "Karena gue udah ngalahin lo. Maka lo harus tepatin janji lo untuk nurutin permintaan gue seperti yang lo bilang."

"Nggak usah banyak bacot. Bilang apa mau lo sekarang."

Leo sedikit menunduk, mendekatkan wajahnya hingga hanya berjarak beberapa senti saja dari wajah Cahaya. "Gue mau lo jadi babu gue," ucapnya dengan wajah datar.

"Apa?!"

***

Bel tanda pulang sekolah berbunyi. Para guru dan seluruh murid SMA Angkasa bersiap untuk pulang. Merapikan perlengkapan sekolah mereka masing-masing ke dalam tasnya. 

Leo baru saja datang ke kelasnya ketika bel pulang sekolah berbunyi setelah sebelumnya berada di UKS. Bukan karena ia sedang sakit makanya ke UKS. Melainkan tidur di sana untuk cabut jam pelajaran terakhir, yaitu PPKN.

Ketika Leo masuk tanpa permisi, Pak Supri hanya bisa menggelengkan kepalanya heran. Maklum, anak zaman sekarang emang suka gitu. Begitu pikirnya.

Sebenarnya Leo bisa saja langsung pulang tanpa perlu datang ke kelasnya terlebih dahulu seperti biasanya. Karena Leo memang tidak pernah membawa tas ataupun peralatan tulis lainnya.

Leo hanya membawa satu buku tulis yang ia selipkan di dalam kantong celananya. Itu pun hanya terisi oleh beberapa lembar catatan saja. Sisanya nihil. Leo hanya akan mengikuti pelajaran di kelasnya semaunya. Hanya ketika dia ingin saja.

Imperfection : Trapped With Troublemakers✓ [Republish+Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang