"Entah mengapa, karena berkat hadirmu hariku jadi lebih berwarna."
—Calileo Abimana Bramasta—
***
"Tumben kamu bangun jam segini. Biasanya jam enam juga kamu belum bangun," ucap seorang pria setengah paruh baya yang sedang mengolesi roti miliknya dengan selai kacang.
Leo menarik kursi dan duduk berseberangan dengan Bramasta. "Cuma pengin aja," ucap Leo singkat, padat, dan jelas. Ini kali pertama setelah hampir tiga tahun Leo tidak pernah sarapan atau makan bersama dengan Bramasta.
Bramasta menyelesaikan sesi makan satu roti yang masih dikunyahnya untuk lalu meneguk susu putihnya. "Papa tau pasti ada suatu hal yang buat kamu mau bangun sepagi ini 'kan?"
Leo diam tak menanggapi. Ia menggapai gelas susu dan meminumnya sedikit untuk lalu mengoles rotinya dengan selai kacang.
"Ada yang mau Papa bicarakan sama kamu selagi Papa ada di sini, di rumah."
Mendengar dari nada bicara Bramasta, sepertinya yang akan dibicarakannya adalah hal yang serius. Tapi Leo tidak peduli—bahkan ketika Bramasta terus menatapnya dalam dengan tatapan yang serius dan tegas. Leo masih asyik sendiri pada rotinya yang tengah ia olesi dengan selai kacang. Tanpa berniat memakannya.
"Papa dengar kamu masih terus berulah di sekolah. Kamu selalu keluar pada saat jam pelajaran berlangsung, merokok dan berkelahi. Bahkan kamu mengganggu anak murid baru. Dan yang lebih mengejutkan, murid baru itu adalah perempuan. Apa benar itu Leo?"
Leo berhenti pada kegiatan mengoles rotinya. "Ya," jawab Leo dengan entengnya. Tanpa mengindahkan tatapan Bramasta yang kian menajam.
"Leo, mau sampai kapan kamu terus seperti ini? Papa sudah lelah dengan sikap kamu. Kamu itu sudah kelas sebelas." Bramasta menarik napas yang lalu berkata, "Seharusnya kamu bisa lebih bertanggung jawab terhadap hidup kamu. Kamu nggak bisa terus mengandalkan Papa, Leo. Kalau bukan karena kamu anak dari pemilik sekolah. Kamu pasti sudah dikeluarkan dari sekolah sejak dulu."
"Ya udah keluarin aja saya dari sekolah."
"Leo!" Bentak Bramasta dengan menggebrak meja ruang makan keras.
Dan untuk kali pertama setelah sepuluh tahun belakangan, Leo berbicara banyak dengan Bramasta yang notabene adalah papanya.
"Papa nggak mau tau. Mulai sekarang kamu harus berubah. Papa nggak mau hidup kamu hancur Leo—"
"Tapi hidup saya emang udah hancur sejak dulu dan Papa tau itu," potong Leo cepat.
"LEO!" Bentak Bramasta lagi. Kali ini lebih tegas dari yang sebelumnya.
"Saya pamit sekarang," kata Leo yang lalu meninggalkan Bramasta begitu saja. Ketika tiba di luar, Leo menaiki mobilnya. Melajukannya dengan kecepatan tinggi menuju sekolahnya.
Leo lebih suka membawa mobil ke sekolah. Hanya terkadang saja Leo akan pergi dengan motornya. Karena dengan Leo naik motor selalu mengingatkannya pada seseorang yang sangat ia benci—yang selalu mengatakan bahwa ia sangat bahagia ketika pergi naik motor bersama Leo.
Tiba di sekolah, Leo turun dari mobilnya setelah selesai memarkirkannya di parkiran sekolah. Ia berjalan santai dengan tatapan datar hingga tiba di depan kelasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Imperfection : Trapped With Troublemakers✓ [Republish+Remake]
Genç Kurgu[❎PLAGIATOR❎] #BBS [Bastard Belati Series] #1 Sebuah ketidaksempurnaan yang menjadi sempurna karena adanya cinta. Dan cinta membuktikan segalanya bahwa sebuah rasa itu nyata. ...