44 || Hitung Mundur

1.7K 76 11
                                    

"Kecewa itu ada. Tapi hati tak bisa berdusta kala menatap matanya."

—Calileo Abimana Bramasta—

***

Di balkon kamarnya, dengan kedua tangan yang berada di pagar pembatas, Leo tengah menatap pemandangan di bawahnya. Pemandangan sekitar rumahnya sambil sesekali menyesap vape-nya.

Pikirannya berkelana jauh. Perasaan di dasar hati Leo kepada Racquelle memang masih ada. Tapi bukan berarti Leo akan memaafkan Racquelle begitu saja meski tahu alasannya.

Leo kecewa tentu saja. Ternyata selama ini Racquelle mungkin menganggapnya tak penting. Padahal selama ini alasan Leo begitu terluka juga karenanya. Mungkin orang lain akan menganggap Leo terlalu berlebihan atau egois karena hanya mementingkan perasaannya sendiri.

Egois hanya karena pada cinta pertama Leo bisa sampai menghancurkan kehidupannya begitu dalam. Tapi pada kenyataannya orang lain tidak tahu apa-apa. Karena pada kenyataannya sebelum Racquelle hadir pun hidup Leo memang sudah hancur.

Leo memang orang yang egois.

Setelah Rinaya pergi hati Leo hancur berkeping-keping. Dalam lima bulan sebelum Rinaya pergi, Leo selalu berharap bahwa Rinaya akan tetap bersamanya juga bersama Bramasta. Keinginan yang begitu naif padahal ia tahu Rinaya berselingkuh dari Bramasta.

Pada hari kepergian Rinaya, Leo mencurahkan seluruh tangisnya. Mencurahkan semua sakitnya sampai sebulan lamanya sebelum ia sadar bahwa seorang wanita seperti Rinaya tak berhak untuk mendapatkan air matanya lagi.

Seperti yang Rinaya katakan. Rinaya bukanlah seorang ibu yang baik. Bahkan disebut ibu pun rasanya tak pantas. Sejak Leo berhenti untuk menangisi Rinaya, Leo jadi tidak pernah mengekspresikan perasaannya pada siapa pun. Termasuk pada Bramasta.

Kala itu Leo bersikap biasa saja pada Bramasta. Seperti sebelumnya, ia kembali tersenyum walau jarang. Senyum tipisnya hanya sebatas untuk menunjukkan pada Bramasta bahwa ia baik-baik saja. Padahal kenyataannya tidak demikian. Kenyataannya, hati Leo selalu menjerit dan menangis setiap malamnya kala ia akan tertidur. Berharap ada Rinaya yang akan membacakan dongeng sambil mengelus rambutnya.

Leo mungkin anak yang manja. Makanya bayang-bayang Rinaya selalu menghantui setiap langkahnya. Kala Rinaya tersenyum padanya. Kala Rinaya membuatkan sarapan dan menyambutnya ketika pulang sekolah.

Bramasta sedikitnya mengambil peran seorang Rinaya di waktu sibuknya ia dengan urusan kantornya. Maka Lala yang menggantikan peran seorang ibu untuk Leo.

Sampai saat Racquelle kecil datang ke dalam hidupnya. Racquelle kecil yang selalu tersenyum padanya dan selalu mendekap Leo dengan keramahan dan kebaikannya mampu membuat Leo memberikan ekspresinya pada Racquelle. Leo terlalu percaya pada Racquelle. Leo bisa tertawa dan menangis karena Racquelle. Hanya saat bersama Racquelle Leo mampu mengungkapkan beban di dadanya. Mengungkapkan sakit yang selama ini ia rasa.

Karena Racquelle juga, Leo bisa kembali pada Leo yang dulu sebelum Rinaya pergi. Leo bisa sedikitnya memberikan tawanya pada Bramasta. Interaksi mereka sedikitnya kembali menjadi hangat seperti saat Rinaya belum pergi—meski semua tak lagi sama.

Dan Leo bahagia karena Racquelle. Makanya ketika Racquelle pergi begitu saja darinya, Leo kembali lagi terluka untuk yang kedua kalinya. Racquelle menorehkan luka di dadanya seperti Rinaya. Saat itu rasanya lebih menyakitkan karena kehilangan orang yang begitu Leo percaya. Kehilangan orang yang telah menerapkan harapan dalam hidupnya. Kehilangan orang yang telah memberikan semangat untuknya. Kehilangan orang yang telah memberinya cinta.

Imperfection : Trapped With Troublemakers✓ [Republish+Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang