17 || Masalah Remaja

2.6K 125 1
                                    

"Harga diri lelaki itu ibarat nyawanya sendiri, wajib dipertahankan. Tetapi lelaki, kadang juga harus mempertaruhkan nyawanya demi sebuah keharusan."

—Calileo Abimana Bramasta—

***

Ketiga Satpam penjaga gerbang SMA Bima 3 memang sudah tidak bersembunyi lagi. Tapi mereka hanya melihat saja perkelahian antar pelajar yang terjadi di depan gerbang sekolah.

Mereka bimbang. Ingin membuka gerbang, lalu membantu melerai. Tapi mereka juga takut menjadi sasaran massal para siswa. Mengingat banyaknya jumlah yang berkelahi di sana.

Memang, tawuran yang terjadi di sana tidak memakai senjata tajam seperti golok, celurit dan sejenisnya. Tapi, walau bagaimana mereka takut juga. Bahkan para pengguna jalan pun takut pada para murid tersebut. Sehingga mereka memutuskan untuk memutar balik kendaraan mereka.

Ini bukan kali pertama Belati dan Black Gun terlibat aksi tawuran. Kedua geng itu sudah bermusuhan sejak Leo kelas tiga SMP. Dan hebatnya, Black Gun tidak pernah menang sekalipun. 

Belati pantang tawuran memakai senjata tajam. Bukan karena takut anak orang meninggal, lalu mereka di penjara. Tetapi karena menurut mereka memakai senjata itu pengecut. Lemah. Terlalu mengandalkan senjata. Mereka lebih suka memakai fisik mereka dengan mengandalkan kemampuan beladiri mereka.

"Mampus lo babi!" Fariz kembali menendang Reno yang sudah terkapar meringis sakit karena perutnya tadi ditendang oleh Fariz.

Fariz mengangkat tangannya ke depan saat Reno kembali berdiri dan ingin melawannya, menyuruhnya untuk menunggu sebentar. "Tunggu dulu, jambul kesayangan gue rusak ini," katanya seraya membenarkan jambul katulistiwa kebanggaannya.

"Udah, yok lanjut!" Lalu pertengkaran Fariz dan Reno pun kembali berlanjut. Keadaan anggota Belati di sana sudah banyak yang terluka parah. Tapi tidak semengenaskan anggota Black Gun.

Leo menepis kasar tangan Alex yang akan memukul wajahnya. Beralih menendang tulang kering Alex, hingga Alex meringis dan sedikit limbung. Satu detik setelahnya, Leo kembali menendang dada Alex hingga Alex pun jatuh terlentang dengan tak hentinya meringis sakit.

"Jangan pernah nyari gara-gara sama gue. Karena gue nggak akan lepasin lo begitu aja sampai gue mampus!"

Mendengar ucapan tajam serta tatapan maut yang Leo berikan, nyali Alex sedikit menciut. Tapi setelahnya, ia langsung mengubah kembali ekspresinya seperti semula. "Terus mau lo apa sekarang?!" ucap Alex seraya mengangkat dagu menantang.

"Mau gue, lo mati."

Mendengar ucapan Leo dan melihat Leo yang berjalan mendekat ke arahnya, sukses membuat tubuh Alex gemetaran. Dan tak lama setelahnya, Leo memukul wajah Alex dengan membabi buta seperti orang kesetanan.

Reza yang melihat Leo seperti itu langsung beranjak dari tempatnya menuju Leo. Tapi sebelumnya, ia kembali menendang lawannya tadi yang sedang duduk seraya meringis karena pukulan Reza di wajahnya.
Dan tendangan Reza sukses membuat lawannya terkapar seketika.

"Woi, udah, Le. Lo mau jadi pembunuh?! Jangan kayak orang kesetanan, Le!"

Leo terus beruaha berontak agar terlepas dari Reza yang terus memegangi lengannya dengan kuat. "Lepasin! Ini bangsat harus gue kasih pelajaran biar kapok!"

"Lo liat, keadaan dia dan yang lainnya udah begitu. Mending sekarang kita cabut. Gue nggak mau lo jadi pembunuh!"

Leo mendengus, kemudian menyentak Reza agar melepaskannya. "BELATI, KITA BALIK SEKARANG!"

Imperfection : Trapped With Troublemakers✓ [Republish+Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang