41 || Penolakan

1.5K 73 11
                                    

"Manusia akan belajar menghargai kehidupan ini dengan jatuh terlebih dahulu untuk kemudian bangkit dengan dukungan dan cinta."

Imperfection

***


"Tante," panggil Cahaya pada Anjani yang tengah menyiapkan sarapan di meja makan dapur.

Anjani menatap Cahaya lekat. Ia tersenyum. "Iya, sayang."

"Semalam Cahaya sudah memikirkan ini. Cahaya mau melihat dia."

Anjani tersenyum haru. Ia menghampiri Cahaya yang berada di ujung tangga. Memeluknya erat. "Bunda kamu pasti sangat bangga sama kamu di sana saat tau putrinya masih punya sinar di hatinya," jeda Anjani, "Tante sayang banget sama kamu, Cahaya."

***

Pukul sembilan pagi tepat ketika Cahaya dan Anjani sudah sampai di rumah sakit tempat di mana Pamungkas dirawat.
Ketika tiba tepat di depan ruangan rawat inap, rasanya segala rasa di dalam hati Cahaya kembali beradu menjadi satu.

Emosi, benci juga sakit menjadi satu. Rasanya sesak itu menjadi tidak terbendung lagi. Cahaya mengepalkan tangan dengan kuat.

Anjani yang sadar akan hal itu langsung menepuk pundak Cahaya pelan. Mencoba untuk menenangkan Cahaya. Cahaya menatap Anjani yang tengah tersenyum padanya. Beberapa kali Cahaya menghela napas untuk sekadar meyakinkan dirinya sendiri.

"Yuk, masuk," kata Anjani. Cahaya kembali menghela napas untuk kemudian mengikuti langkah Anjani ketika perempuan itu sudah masuk ke dalam.

***

Leo beranjak dari tempat tidurnya untuk kemudian menuju kamar mandi yang ada dalam kamarnya. Dia membasuh wajahnya. Lebam di wajahnya masih ada walau sudah tidak terlalu terlihat seperti kemarin.

Leo tidak bisa terus-terusan bersembunyi dari Bramasta. Entah sekarang, esok, atau lusa Bramasta pasti akan tahu. Karena ini sudah masuk hari libur. Bramasta akan terus ada di rumah.

Leo menghela napas berat sebelum keluar dari kamar mandi. Dia mengambil kaos oblong yang ada di atas ranjangnya untuk kemudian dipakainya. Ia berjalan keluar dari kamar dengan langkah lambat. Ketika tiba di bawah, Leo langsung berjalan ke arah ruang tamu. Pertama kali yang dilihatnya adalah Bramasta yang tengah berbincang dengan seseorang. Leo tidak tahu siapa orang itu dikarenakan punggung Bramasta yang menghalangi pandangannya.

Leo memang tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang tengah dibicarakan oleh Bramasta dan orang itu. Tapi Leo tahu pendengarannya masih berfungsi dengan baik ketika mendengar suara orang itu. Leo tidak akan pernah lupa. Terlebih ketika Bramasta menyebut namanya. Semuanya menjadi lebih jelas.

Bramasta sedikit berbalik badan untuk menatap Leo ketika perempuan itu sudah berdiri dari tempat.

"Leo."

***

"Ayah senang kamu ada di sini sekarang," kata Pamungkas. "Rasanya ini masih seperti mimpi."

Walau sedari tadi Cahaya hanya diam dan Pamungkas yang banyak bicara, tetapi rasanya Pamungkas senang sekali karena Cahaya mau datang untuk menjenguknya.

"Tante mau pergi ke kantin sebentar. Beli minuman." Baru saja Cahaya ingin menahan kepergian Anjani. Anjani sudah terlebih dahulu pergi dari sana. Meninggalkan Cahaya berdua saja dengan Pamungkas di ruangan itu.

Imperfection : Trapped With Troublemakers✓ [Republish+Remake]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang