Orang bilang kelas XI IPA 2 itu aneh, gila, dan lain lain. Bukan bagi Keiyana yang berstatus murid pindahan. Baginya, kelas XI IPA 2 adalah keluarganya, temannya, segalanya.
Tidak mendapatkan kasih sayang dari ayahnya, di fitnah oleh saudara tirinya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
(Aland)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Seorang gadis merebahkan dirinya di atas kasur. Dia menghembuskan nafas kasar, menurutnya hari ini adalah hari yang panjang dan hari yang sangat melelahkan. Ia baru saja menyelesaikan tugas dari Mama tirinya, yaitu membersihkan rumah yang baru saja mereka tempati.
Keiyana Ardiardira Defanya, putri dari keluarga Ardira. Mereka baru saja pindah dari Bandung ke Jakarta karena urusan bisnis sang Ayah. Impian Keiyana cukup simple, bertemu dengan Bundanya serta teman masa kecilnya-Eric.
Keiyana, dia adalah gadis yang selalu memakai kacamata serta berkuncir dua. Kulitnya putih dan mempunyai senyum yang manis, pintar dan ramah itulah dirinya.
“Keiyana! Siapin gue air hangat! Gue mau mandi!” Keiyana langsung mendudukkan dirinya, lalu menghela nafas pelan, berharap rasa lelahnya akan menghilang. Keiyana bangkit, berjalan menuju pintu kamarnya.
“Lo budeg?” tanya seorang cewek di depan kamar Keiyana.
Keiyana mendongak, menatap Alliya yang sedang melihat dirinya dengan pandangan cemooh. Ah, itu sudah biasa Keiyana dapatkan dari keluarga ini.
“Iya Al,” jawabnya lirih.
“Cepetan!” setelah mengucapkan itu Alliya langsung pergi dari hadapan Keiyana.
Alliya Erisca Ardira, adik tiri Keiyana. Dia cantik, jika diibaratkan Alliya adalah seorang putri dan Keiyana hanyalah pelayan. Alliya disukai banyak orang, bahkan dia sangat terkenal di Bandung sementara Keiyana? Teman saja dirinya tidak punya.
***
Keiyana dengan teliti menyiapkan makanan diatas meja, dan tak lama dari arah tangga muncul sang Mama beserta dengan Alliya. Keiyana tersenyum.
“Malam Ma, Al.” Ujarnya senang.
Alliya tidak membalas bahkan untuk melirik Keiyana gadis itu sangat enggan. sedangkan Erisca, wanita setengah baya itu hanya melirik Keiyana sekilas lalu duduk di tempat duduknya. Keiyana sudah terbiasa tidak mendapat balasan seperti ini dari keluarganya, Ia tahu dirinya tidak di anggap di keluarga Ardira.
