Orang bilang kelas XI IPA 2 itu aneh, gila, dan lain lain. Bukan bagi Keiyana yang berstatus murid pindahan. Baginya, kelas XI IPA 2 adalah keluarganya, temannya, segalanya.
Tidak mendapatkan kasih sayang dari ayahnya, di fitnah oleh saudara tirinya...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Jaka
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Menjelang pagi, akhirnya pintu gudang dibuka Bu Surti, sudah pasti Erisca yang menyuruhnya. Keiyana memberikan senyumnya terhadap Bi Surti, menandakan bahwa dirinya baik-baik saja, walaupun wajah Keiyana sudah terlihat pucat. Keiyana langsung saja memsuki kamarnya untuk siap-siap, tak lupa dirinya juga menutupi bekas luka di dahinya dengan membiarkan rambutnya terurai.
Setelah semuanya sudah ia lakukan, Keiyana kembali ke dapur dengan membawa tas sekolahnya, Ia membantu Bi Surti untuk menyiapkan sarapan dan tak lupa bekal buat dirinya sendiri.
“Bi, aku berangkat dulu ya.” Pamit keiyana pada Bi Surti sambil mencium tangan Bi Surti. Itulah kebiasaanya setelah sang Bunda memilih pergi dari rumah ini, sebab hanya Bi Surta dan Mang Dirman yang menjadanya semenjak kecil dan juga menghibur dirinya.
Keiyana berjalan pelan ke depan komplek perumahannya, Ia memang harus menunggu angkot disana. Untung saja jarak nya tidak terlalu jauh dari rumah.
Tak perlu menunggu lama, akhirnya angkot pun datang, itu adalah angkot yang sama saat Ia gunakan dengan Bi Surti waktu ke pasar.
“pagi Pak supir,” sapa Keiyana ramah.
“pagi juga neng- Keiyana?” jawab sopir tersebut dengan senyum canggung, takut menyebu nama yang salah.
“iya Pak, saya Keiyana.” Ujar Keiyana.
angkot pun jalan, Keiyana menatap keluar jendela sambil tersenyum simpul. Udara di pagi hari cukup menyegarkan, apalagi tidak terlalu banyak kendaraan yang lewat.
Udara yang sejuk dipagi hari mengakibatkan kaca mata Keiyana tertutup dengan embun. Keiyana melepaskan kaca matanya, untung saja dirinya membawa tisu. Setelah itu Keiyana membersihkan kaca matanya lalu kembali memakainya.
“neng,”
“iya Pak, ada apa?” tannya keiyana menatap sang supir yang sedang meliriknya melalui kaca mobil.
