“Bunda, jangan tinggalin Fanya.” Ujar Keiyana lirih, cewek itu masih memejamakan mata.
Mendengar lirihan tersebut, Aland bangun dari tidurnya. Ia langsung mendekat kearah Keiyana yang sedang berbicara tidak jelas.
‘Fanya?’ batin Aland.
“Bunda, jangan tinggalin Fanya,” ucap Keiyana lagi. Aland langsung tersadar dari lamunannya, kembali menatap Keiyana dan menggenggam tangan cewek tersebut yang tersara dingin.
“Keiy, bangun. Ada gue,”
“Keiy,” panggil Aland lirih.
Tak lama Keiyana terbangun dan langsung memposisikan dirinya untuk duduk, nafasnya terengah-engah dan keringat keluar di pelipisnya. Keiyana menangis, membuat Aland menarik cewek tersebut kedalam pelukannya. Tangan Keiyana mengepal, tak merasakan sakit sama sekali akibat luka bakar itu.
“aku takut Bunda ninggalin aku,”
“aku sendiri, Aland.”
Aland mengusap lembut punggung Keiyana, bermaksud untuk menenangkan tangisan cewek itu.
“ada gue,” ujar Aland. Cowok itu merasa sangat nyaman berada di pelukan Keiyana, jantungnya berdetak dengan cepat.
“sekarang lo tidur, gue ada disini jadi gausah takut,”
Keiyana melepas pelukan mereka, menatap Aland lalu menggeleng pelan, “aku udah gak ngantuk.”
“yaudah istirahat,” suruh Aland lagi, tak lama dari itu terlihat seorang suster yang memasuki kamar dengan membawa troli yang berisi makanan pasien.
“permisi, ini makanannya dimakan ya, saya tinggal dulu. Selamat siang,” ujar suster tersebut.
“iya sus, terima kasih.”
Aland melihat Keiyana yang kini tengah memejamkan mata, apadahal baru beberapa menit yang lalu Keiyana bilang jika sudah tidak mengantuk. Aland tahu jika Keiyana hanya pura-pura tertidur karena tidak mau memakan makanan Rumah sakit yang memang terasa hambar. Aland terkekeh, mengambil mangkuk bubur dan mendekati Keiyana.
“gausah pura-pura tidur, makan! Gue suapin,”
“aku lagi tidur, kamu gak liat?” tanya Keiyana masih memejamkan mata.
Aland tersenyum, Keiyana sangat lucu jika seperti ini.
“makan Keiy,”
“gak mau, gak enak!”
“gue suapin, makan ya,”
“em, tapi besok aku pulang?”
Tatapan Aland berubah datar, emnatap Keiyana tidak suka karena mendengar apa yang diucapkan Keiyana barusan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEIYANA (END)
Teen FictionOrang bilang kelas XI IPA 2 itu aneh, gila, dan lain lain. Bukan bagi Keiyana yang berstatus murid pindahan. Baginya, kelas XI IPA 2 adalah keluarganya, temannya, segalanya. Tidak mendapatkan kasih sayang dari ayahnya, di fitnah oleh saudara tirinya...