prolog

101K 11.3K 1.8K
                                    


Bulan pertama kelas Sepuluh,

EHS Jakarta




"Aduh bu, gimana dah? Katanya suruh nunggu, saya dah sabar banget loh bu," protes pemuda berwajah Jepang itu kesal berdiri di depan meja koperasi.

"Maaf, stocknya udah abis tadi banyak yang ambil..."

"Lah saya kan juga bayar?"

"Kamu telat ambilnya. Tadi juga banyak kakak kelas yang ambil almameter baru."

"Ya terus saya gimana? Ini mau upacara tujuh belasan harus pake almameter!" protes pemuda itu mencuatkan bibir sudah kesalnya bukan main.

Wanita muda penjaga koperasi itu menghela nafas, tak enak juga. "Adanya ukuran cewek nih. Yang cowok abis."

"Yaudah nggak papa. Saya baru, entar dihukum aneh-aneh," kata pemuda itu mengangguk mengiyakan. "Entar beli lagi dah."

Wanita itu menipiskan bibir. Ia berbalik ke rak, kemudian mengambil satu plastik membungkus almameter biru navy khas Epik Highschool.

Seorang anak perempuan berlari tergesa, berhenti ke samping pemuda tadi berdiri di depan meja koperasi sambil terengah pelan. Sementara pemuda Jepang itu tak sabar menunggu seragamnya.

"Atas nama Yutaka Kazuhiko?" tanya penjaga koperasi sambil menulis nama di buku. Pemuda itu mengangguk membenarkan.

"Bu, saya mau ambil jaket almameter juga," kata perempuan di samping Yuta sambil merogoh kantong mencari nota miliknya.

"Eh?" Wanita itu jadi diam, merasa bersalah. "Ini almameter terakhir..." katanya menunjuk bungkus almameter biru di atas meja.

Yuta jadi melirik, segera meraih bungkus itu membuat perempuan itu tersentak. "Permisi, bu. Makasih," katanya cepat, berbalik dan pergi begitu saja.

Perempuan tadi mendengus melihat perilaku itu. Ia kembali memandang wanita penjaga tersebut. "Jadi gimana, bu? Saya tugas jadi paduan suara. Kata ibu kan almameternya ada hari ini."

"Iya, iya, maaf. Tadi dia udah ambil duluan."

"Padahal udah seneng saya anak kelas sepuluh yang dipilih tugas upacara hari ini. Nanti saya dimarahin petugasnya bu. Beda sama murid biasa yang masih ditolerin..."

"Kamu kenapa nggak ambil kemarin?"

"Kemarin saya sibuk latihan, bu. Kata ibu hari ini juga ada...."

Yuta yang mendengar itu jadi berhenti di ambang pintu. Ia melengos mendengar suara bergetar itu. Apalagi tadi sekilas Yuta bisa melihat gadis itu memakai kacamata dengan pakaian rapi. Kasian juga sih...

Pemuda itu melengos, berbalik kembali dan melangkah cepat membuat penjaga koperasi agak tersentak. "Nih, bu. Nggak jadi. Ukurannya nggak muat sama saya," kata pemuda itu membuat gadis berkacamata tersebut tersentak dan menoleh.

"Emang udah dipake?" tanya wanita penjaga koperasi heran karena melihat pemuda ini belum ada keluar area koperasi.

Yuta merapatkan bibir. "Saya mau upacara di UKS. Biar dia upacara di lapangan," katanya menunjuk gadis di sampingnya tanpa menoleh.

"Ha?"

Yuta membalikkan tubuh, melangkah tenang walau sebenarnya mendumel sendiri baru juga merasakan upacara Tujuh Belasan dia udah harus kabur. Ya emang sih Yuta bukan tipe siswa rajin yang pengen banget upacara. Tapi pasalnya yang jadi pemegang bendera denger-denger si anak kelas sepuluh Jessiya, cewek tercantik angkatannya. Kan dia pengen liat juga.

K 0.1✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang