#K - Si Kejam dan Si Baperan

18K 4.2K 3.8K
                                    


#K – Si Kejam dan Si Baperan



Yuta mengacak rambut frustasi duduk di kursinya di kelas 11 IPS 1. Cowok itu merasa mengantuk. Tapi setelah ini pelajaran Pak Jay. Dia tak bisa membolos untuk pergi ke UKS menumpang tidur. Pak Jay akan mencari murid IPS1 yang hilang di kelasnya sampai datang ke rumah. Berasa diteror.

"Tuy." Sosok Marten mendekat, meraih kursi depan Yuta.

Yuta menguap kali ini, merenggangkan otot-ototnya membuka kedua lengan tertarik ke atas. Ia hanya mengerang saja sebagai jawaban.

"Lo kenal Fahmi nggak?"

Pemuda itu mengerjap. Ia mendecak, mengusap wajahnya yang makin mengantuk malas. "Gue lagi ngantuk anjir malah diajak gibah," katanya dengan sebal.

Marten si cowok kurus ini emang sering banget ngajakin Yuta ngomongin orang. Ada aja gitu info-info orang lain yang Marten tau. Emang sih belum bisa disebut biang gosip kayak si Joy anak kelas sebelah, tapi ya gini nih. Marten suka banget nanya ke Yuta padahal dia sendiri yang tau jawabannya. Mancing aja gitu biar ada bahan dijelasin.

"Denger dulu. Kenal nggak?"

"Yang mane?" tanya Yuta malas-malasan. "Temennya Denis?"

"HO OH!" Marten langsung menepuk tangan sekali membuat Yuta sampai terkejut. Denis adalah teman futsal mereka si anak 11 IPA 2.

"Sama cewek lo tuh keluar sekolah."

"Ha?" Yuta mengerjap. Matanya kini melebar. "Cewek gue yang mana?"

Marten mengumpat, "masih banyak?" tanyanya balik dengan ekspresi sama.

Yuta diam. Ia agak berpikir, "satu aja kok," jawabnya yakin.

"Nah yaudah."

Yuta mendelik, "cewek gue sekarang yang anak IPA 1 itu, Nyet."

"Iya. Kacamata kan?" balas Marten yakin.

Yuta makin mendelik. Yang kemudian ia tertawa, "salah orang kali," jawabnya santai. "Nisa mah nggak punya temen kecuali anak kelasnya atau anak mading."

"Lah si Fahmi mading kali?" kata Marten membuat Yuta mendecak mulai tak suka.

"Lagian ngapain Nyet keluar sekolah jam segini? Mikir lu. Tu anak nggak bisa ke kelas karena kejebak ujan aja udah cemas," kata Yuta dengan percaya diri.

"Beneran anjir. Gue liat sendiri lewat belakang mereka, berdua," kata Marten sungguh-sungguh.

Yuta mendengus,"lo mau ngerjain gue kan?" tanyanya masih curiga.

"Astaga emang gue sebejat elu," kata Marten membuat Yuta mengumpat. "Tadi sebenarnya mau gue poto tuh biar kayak kamera jadul mincue lambe turah tapi tadi gue juga lagi ada kerjaan mendesak jadi gue Cuma bisa liatin doang dari jauh."

Yuta mengernyitkan kening. "Ayumi ngapain sama Fahmi keluar sekolah?"

"Cewek lu bawa tas," kata Marten yakin, "bolos kali."

Mendengar itu Yuta melebarkan mata, kemudian tertawa. Yang kemudian jadi tertawa nyaring yang keras membuat Marten menatapnya sebal.

"Kebiasaan lu ngehalu mulu," kata Yuta dengan gaya sewot.

Marten mendengus. "Dah lah kagak percaya," katanya sambil beranjak, "kurma noh buaya diselingkuhin!" celetuknya sebelum benar-benar pergi.

"Kurma apa goblok, kursi dan meja?!" balas Yuta yang berikutnya segera mengulum bibir karena anak-anak lain terlihat panik kembali ke kursi masing-masing tanda Pak Jay sudah datang.

K 0.1✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang