Yuta melangkah dengan percaya diri di koridor IPA Epik Highschool di istirahat hari ini. Ia masih sempat melambai-lambai menyapa sok asik, dengan mood yang baik tersenyum lebar dengan riang.
"Eh, Venny," sapa pemuda Jepang itu saat berpapasan dengan seorang gadis cantik yang baru keluar kelasnya.
Gadis langsing itu segera mendelik, "lah ngapain lu? Tumben," katanya bingung. Pasalnya kelasnya ini, 11 Ipa 1, berada di pojok paling pojok. Jarang sekali ada yang melewati kelas ini.
"Napa? Kangen?" tanya Yuta memainkan alis, membuat Venny langsung mencibir.
Yuta cengengesan, "mau jemput Ajun. Biasa, manja," katanya geleng-geleng kecil.
Venny mengernyit, "moso?" tanyanya tak percaya. "Ajun jarang main sama lo."
"Waduh perhatian bener," kata Yuta membuat Venny mengumpat kecil. "Napa? Mau main sama gue? Hehe."
"Halah, bacot," kata Venny mendorong cowok itu, lalu melangkah pergi sampai Yuta ikut berputar memandanginya.
"Ya jangan salting atuh Ven," kata Yuta masih sempat menggoda. Kemudian membalikkan badan bersiap menuju kelas 11 IPA 1 lagi.
"Eh astaga anjing." Yuta sampai loncat, kaget setengah mati. Pas sekali Ajun sudah datang memajukan diri ke depannya seperti di film horor.
"Ngapain sih lo goblok," kata Yuta kasar mendorong Ajun sebal.
"Adanya elo yang ngapain anjir," kesal Ajun mencibir.
Yuta mengerjap. Segera tersadar. "Oh, ya. Ayo ke kelas lo," katanya tiba-tiba merangkul Ajun, menariknya pergi begitu saja terpisah dari teman-teman yang besama Ajun.
Ajun melengos, tertarik pasrah. "Jangan bawa-bawa gue napa sih. Entar gue yang diamuk anjir bawa amoeba kayak elu."
"Diem, cot," balas Yuta sebal. Lalu memasuki kelas 11 IPA1 itu.
Pandangan Yuta langsung berhenti ke meja di samping jendela. Mata pemuda itu melebar, melihat gadis berkacamata itu duduk di sana tenang. Dengan sebuah buku dan pensil di tangannya, nampak tenang menulis sesuatu.
Seperti di drama-drama, cahaya matahari dari jendela terjatuh tepat mengenai wajah cantik itu. Seakan memberinya lampu sorot khusus.
Yuta meneguk ludah. Entah kenapa jadi gugup sendiri. Dan di satu sisi malah jadi bingung.
Baru kali ini dia deg-degan cuma karena mandangin cewek.
Apalagi si cewek cuma diem. Tidak tersenyum, tidak memandangnya, ataupun tidak bersuara.
Yuta jadi terdiam. Menikmati debaran meledak-ledak yang hangat di dadanya. Nisa itu cantik. Cantiknya dia benar-benar beda dari perempuan lain. Padahal cewek ini terkesan culun. Seragamnya rapi dan bersih, kacamatanya bulat dengan frame tipis. Rambutnya lurus dengan poni rata. Khas cewek kutu buku. Tapi dia punya aura cantik. Kecantikan elegan yang lembut.
Ah. Yuta selama ini kemana aja sih baru ketemu cewek secantik ini di Epik Highschool?
"Ngapain narik gue kalau cuma ngeliatin, gobs."
Suara Ajun membuat fokus Yuta pecah. Keluar dari keterpesonaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
K 0.1✔ ✔
Novela JuvenilDi Jepang, ada tiga cara untuk mengupkapkan perasaan cinta. Daisuki, untuk teman atau orang yang kamu suka. Aishiteru, untuk hubungan spesial yang lebih serius. Dan Koishiteru. Untuk orang yang ingin kamu habiskan hidup bersamanya. [ cerita mengadu...