#K - Prioritas Yang Terancam

44.1K 7.8K 1.6K
                                    



"GUE NGGAK MAU TAU LO SEMUA HARUS BALIK KE SEKOLAH TERSERAH PAKE MASKER ATAU TOPENG ATAU GUE ADUIN PAK JAY DAN BK!"



Ucapan Erin si ketua kelas di grup chat membuat Yuta, Aryan, Jeka, Marten, juga Junaid kompak mengumpat. Mereka di warung dekat sekolah, berkumpul setelah berkelahi tadi dengan anak sekolah lain.

"Balik aja lah. Mati lo kalau Erin ngamuk," kata Jeka menyerah.

"Muka lo bonyok goblok," balas Yuta kasar. Walau berikutnya mendesis kecil merasa ujung bibirnya yang luka terasa perih.

"Isi absen aja, abis itu cabut lagi," kata Junaid sebelum meneguk minuman sodanya.

"Ho. Lagian kan abis ulangan, classmeet ini," kata Jeka setuju. "Nongol ke depan Erin dulu."

"Ck. Tu anak makin lama nggak bisa diajak kompromi," kata Aryan kesal, setelah berhasil memakai plester luka di bawah dagunya dengan bantuan Marten yang memegangi hape dengan kamera depan sebagai cermin.

"Lagian Jeka goblok, tasnya ditaro di kelas," kata Yuta menunjuk Jeka yang mendecak sebal.

"Aming sama June juga," kata Jeka menunjuk Junaid yang hanya melirik dingin.

"Gimana Ming? Balik aja lah. Ini udah akhir semester nilai raport anjir yang kena," kata Marten kini jadi memelas.

Aryan menghembuskan nafas keras. "Lewat selatan aja," kata Aryan menunjuk ke arah sekolah, "jauh dari kantor."

Mendengar itu Yuta terkejut dan menoleh, "lewat koridor kelas sepuluh dong?"

Melihat Aryan mengangguk tenang, Yuta segera memerotes.

"Nggak, nggak. Gue nggak ikut. Mending ngadep Pak Jay," kata Yuta segera menolak. "Luka-luka gini anjir entar guru juga liat kalau lewat koridor sana."

"Ini classmeet, yang rame lobi sama lab. Dipake buat remidi, kelas nggak," sahut Aryan santai. Tanpa menunggu bahkan sudah berdiri dan siap beranjak.

"Ke UKS aja lah," kata Yuta masih tak setuju.

"Jauh, Tuy," jawab Jeka ikut berdiri. "Dikit doang juga bonyoknya. Bilang aja diserempet truk tadi jadi kena banyak."

Junaid mendengus mendengar itu. Lalu menoleh pada Yuta, "lo doang yang nggak mau balik. Tetep di sini atau ikut?" katanya menunggu. Sementara Jeka sudah pergi membayar, Marten dan Aryan juga sudah melangkah.

Yuta melengos. Kenapa juga pilihannya harus sulit-sulit begini. Yuta tidak tau gadis itu sekarang ada dimana. Di kelasnya di X-4 kah? Atau di lapangan olahraga karena tim cheers sedang sibuk menyiapkan penampilan di pembagian raport nanti? Kemunginan 99% Yuta akan bertemu dengannya kalau Yuta balik ke kelas.

"Yaudah yaudah, beli masker dulu gua," kata Yuta menyerah juga. Berdiri segera berbalik.


Beneran deh. Yuta lebih memilih berhadapan sama Pak Jay daripada harus menunjukkan diri dengan wajah memar begini di depan Sachio.



**



Sachio tiduran di ranjangnya sore itu. Ia sibuk dengan hape, memain-mainkan kaki dengan santai. Cewek itu tengkurap dengan bantal di dada, menghabiskan waktu kegabutannya.

K 0.1✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang