"Nggak bisa anjir, napa sih pengen banget ada guenya," kata Yuta berjalan dengan hape menempel samping telinga, "nah kan anjing gue jadi tukang poto."
Nisa yang berjalan di samping pemuda itu mendecak kesal. Sedari tadi gatal ingin melumuri sambal ke mulut cowok ini karena dari tadi tidak henti mengumpat kasar ke telpon.
"Si Aming aja lah goblok kan dia tiang jadi bagus gambarnya," kata Yuta masih sewot, "Yenanya mana males gue ngomong sama lo emosi aja jadinya."
Yuta mendengar di seberang dengan kening berkerut keras, "elo yang jomblo, jamban."
Nisa tak tahan. Cewek itu langsung berhenti, menoleh berbalik menghadap Yuta membuat Yuta yang sudah fokus pada telpon jadi berhenti mendadak dan terkejut.
"Elo, pergi jauh ke sana. Dan nelpon sesuka hati lo, jangan deket-deket gue," kata cewek itu dingin, menunjuk ke arah jauh ke kanan.
Yuta mengatupkan bibir, baru sadar. Ia agak menjauhkan hape berbisik kecil. "Kalau ngomong sama binatang emang harus pake bahasa binatang," katanya dengan wajah serius membuat Nisa mendecih.
Yuta kembali menempelkan hape ke samping telinga. "Udahan Je cewek gue marah neh-----AW SAKIT AYUMI!" Yuta jadi ngegas, termundur saat cewek berkacamata itu tak tahan untuk tidak menonjok lengannya keras.
Yuta langsung mematikan sambungan, "santae dong jealousan amat, ganteng banget ya gua," kata Yuta melotot sebal pada cewek itu.
"Elo tuh ngumpat mulu, telinga gue panas," balas Nisa tak kalah ngegas.
"Ini nih si Jeje ngajak gelut," lapor Yuta menunjuk hapenya.
"Bodoamat!" Nisa mendengus, berbalik dan melangkah pergi melanjutkan. Yuta mencibir, mengekori gadis itu.
Yuta memelankan langkah sementara Nisa lebih dulu, menuju rumah sederhana berwarna putih krem itu. Ada banyak tanaman hias rambat yang membuat rumah ini terlihat seperti rumah pohon. Harus menaiki tangga kecil dengan pegangan kayu menuju teras. Terasnya mungil saja, hanya ada dua kursi kayu dan satu meja di antaranya. Rumah ini terkesan sederhana dan sejuk.
Tapi, bukan hal itu yang membuat langkah Yuta memelan di belakang Nisa.
Karena jam segini... rumah itu terlihat sepi dengan pintu tertutup rapat. Yang artinya.......
Mereka hanya akan berdua saja.
Di rumah.
Yuta tanpa sadar berdehem, entah buat apa. Mengikuti langkah Nisa menapaki anak tangga.
"Nyokap lo nggak ada?" tanya Yuta basa basi saat Nisa mengeluarkan kunci rumah.
"Praktek di Tebet," jawab Nisa tenang sambil membuka pintu.
"Hmm jauh juga ya," sahut Yuta melirik. Ia mengerjap, kemudian melangkahkan kaki memasuki rumah itu.
Masih sama. Rumah asri ini memberikan perasaan tenang yang sejuk. Ada pot berisi pohon bonsai di ujung ruang tamu dengan sofa kreamnya yang sederhana. Di dinding hanya ada satu pigura, terlihat sepasang orangtua dengan seorang anak perempuan kecil dan kurus di pangkuan sang pria. Mata bulat berwarna cokelat itu tak berubah bagi Yuta, masih sama seperti saat si empu sudah dewasa seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
K 0.1✔ ✔
Teen FictionDi Jepang, ada tiga cara untuk mengupkapkan perasaan cinta. Daisuki, untuk teman atau orang yang kamu suka. Aishiteru, untuk hubungan spesial yang lebih serius. Dan Koishiteru. Untuk orang yang ingin kamu habiskan hidup bersamanya. [ cerita mengadu...