#K - The Bestfriend

15.8K 4K 1.7K
                                    


#K – The Bestfriend




Nisa terus memandangi Yuta saat pemuda itu yang sudah berganti pakaian dengan kaos dan celana olahraga keluar dari kamar. Kemudian mendekat dan mendudukkan diri ke samping Nisa. Sofa hijau gelap ini cukup besar sampai rasanya bisa jadi tempat tidur saja. Bahkan, entah kenapa Nisa merasa Yuta sering ketiduran di depan TV begini ketimbang di kamar sendiri.

"Mau makan? Tapi gofood. Nggak ada apa-apa," ucap Yuta menyandarkan tubuh ke kepala sofa sambil mengangkat hapenya. "Ah, harusnya lo lagi masakin makan siang buat bokap lo," katanya tersadar dan menoleh.

Nisa menipiskan bibir, merogoh hape milik sendiri. "Kayaknya papa juga harus gofood hari ini..." ucapnya pelan mengetikkan pesan, membuat Yuta tertegun dan melirik.

Gadis cantik itu menolehkan kepala ketika sudah mengirim pesan, menatap Yuta yang memandanginya. "Beneran nggak ada apa-apa? Gue yang masak nanti," katanya dengan nada lembut.

Bibir Yuta tersenyum begitu saja. Pemuda itu menegakkan tubuh, lebih merapat kini. "Nggak ada. Kayaknya cuma ada air putih, lupa nyetok," katanya jujur sambil kembali memandang hape membuka aplikasi antar makan online.

Nisa memandangi lekat pemuda itu. Kelopak matanya mengerjap sendu, kemudian mengangkat jemari menyentuh ujung mata Yuta membuat Yuta tersentak dan menoleh.

"Kalau cuma ada air, diangetin. Ini udah keliatan bengkak, dikompres dikit aja," kata Nisa membuat Yuta terdiam.

Yuta sempat hilang kata beberapa saat. Kemudian tersenyum menyeringai meraih tangan Nisa menurunkannya. "Nggak lah, nggak papa. Entar juga dibawa tidur nggak sembab lagi," katanya dengan santai.

Nisa masih memandanginya serius, membuat Yuta jadi agak kikuk. "Jangan kayak gitu," ucap menegur, Yuta jadi mengangkat kedua alis tinggi. "Ini cuma ada gue. Nggak ada orang lain. Kenapa masih pura-pura? Emang nggak capek?"

Pemuda Jepang itu terpaku. Ia terperangah, tak bisa langsung menyahut. Garis wajahnya mengendor perlahan, dengan kerlipan mata yang menyendu dan berubah. Pandangannya menurun, tak membalas tatapan Nisa. Ia meneguk ludah getir, kini seakan tersudut tak bisa mengelak apapun.

Tangan Nisa yang masih dipegang Yuta kini bergerak, gadis itu berganti menggenggamnya balik. "Mau makan apa? Sini gue yang pesenin," katanya dengan intonasi lembut, mngambil alih hape di tangan kanan Yuta.

Yuta tak menolak. Pemuda itu menarik nafas sedalam mungkin, menghembuskan berat kemudian menjatuhkan kepala ke bahu Nisa. Ia bersandar, mencari posisi nyaman kini.

"Mau soto mie? Biar seger," kata Nisa menggerakkan jempol di layar hape tipis itu mencari-cari.

"Hmm." Yuta hanya bergumam, mengulet kecil manja di bahu Nisa. Nisa juga tak bereaksi banyak, tetap tenang memandang hape dengan tangan satu lagi masih menggenggam jemari pemuda itu. Dari helaan nafas beratnya, Nisa tau pemuda ini benar-benar sedang lelah.

Nisa menurunkan hape Yuta, kemudian melirik. "Yuta..." panggilnya pelan, membuat Yuta yang sudah memejamkan mata jadi membukanya perlahan dan mengerjap kecil.

"Jangan terlalu dipikirin... Sachio lepas kontrol karena dia lagi ketakutan."

Yuta tersentak, melebarkan kedua mata tersadar.

"Lo... ingat kan, dari awal udah diperingati dia bisa trauma. Ada banyak gejalanya. Diliat tadi..." Nisa diam sejenak, "dia lagi nipu tubuhnya sendiri kalau dia baik-baik aja."

K 0.1✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang