Gadis berambut panjang dengan poni rata itu mengemili molen mininya, dengan tangan kiri memegang buku membaca. Membuat Yuta yang duduk satu anak tangga di sampingnya mengernyit. Keduanya sedang duduk di tangga pinggir lapangan basket sementara teman-teman kelasnya bermain di sana.
"Je, tumben lo baca buku," celetuk Yuta menegur gadis itu. Jeje nama panggilannya, Juvanka Ayuna nama aslinya.
"Bagus nih quote-quote terus fakta gitu, lucu," kata Jeje memamerkan bukunya, memperlihatkan karikatur warna pastel di sana dengan tulisan-tulisan menarik.
Yuta mendelik, "elah buku cewek," katanya singkat, kembali merunduk pada hape tak berminat.
"Gue cewek," kata Jeje dengan wajah datar.
"Hm," Yuta menggumam saja. Membuat Jeje mencibir sebal.
Pasalnya, walau punya penampilan cukup 'girly' Jeje tidak seanggun itu. Sejak Yena terpisah jadi murid IPA, Jeje jadi satu-satunya cewek yang lebih sering bareng squadnya ini. Apalagi mereka terkumpul di satu kelas sama saat kelas sebelas.
Jeje jadi cewek satu-satunya diantara Aryan, Jeka, Yuta, dan Yogi. Kadang Aryan dan Jeka sibuk sama cewek-cewek modusannya, jadi tersisalah trio Toak IPS 1: Jeje, Yuta, dan Yogi. Mereka kadang dipanggil YuYuYo, Yuna Yuta Yogi.
"Eh Tuy denger deh," kata Jeje manggil Yuta santai, panggilan akrabnya: Atuy.
Jeje membacakan sebuah kalimat, "katanya 80% manusia sudah pernah bertemu jodohnya di bawah usia 16 tahun," kata Jeje membuat Yuta memutar bola mata, tak tertarik dengan hal cewek begitu.
Jeje menurunkan buku, jadi berpikir. "Eh kan gue dah mau 17 ya, berarti gue dah ketemu dong jodoh gue?" Gadis itu diam sejenak, jadi mendecak kesal. "Tapikan gue belum ketemu Lee Jong Suk langsung. Boong nih buku," katanya jadi menggerutu, menyebutkan idola kesukaannya.
Jeje kembali membaca, tak peduli ia tak dihiraukan. "Mungkin pertemuan yang terjadi tidak sengaja terjadi. Entah saat kamu masih bayi, atau bahkan saat sebulan sebelum kamu berusia 16 tahun," kata Jeje membaca.
Jeje jadi menyipitkan mata, "wahhh berarti mungkin aja kali ya yang deket-deket gue? Eung...... Aduh Pak Jay nih jangan-jangan?" pekiknya menyebut wali kelas mereka yang killer. Tapi di sisi lain Pak Jay punya wajah pria ganteng maskulin ala metropolitan. Wajah Pak Jay tipe-tipe cover buku yang bercerita tentang CEO hot dan muda.
Yuta melengos, jadi prihatin mendengar kicauan Jeje. Ia mengalihkan wajah ke pinggir lapangan. Tempat para cewek-cewek sejak tadi berkumpul berlatih cheers di sana.
"Atau jangan-jangan Kevin Julio? Gue pernah ketemu Kevin Julio di mall," kata Jeje masih saja ngomong sendiri.
"Udah, udah. Jodoh lo belum lahir," kata Yuta menjulurkan tangan meraih molen mini Jeje yang tersisa, membuat Jeje yang sebal menepuk punggung tangannya.
Bertepatan ketika anak-anak IPS 1 yang tadi bermain basket di lapangan berhenti dan datang. Beberapa memilih membeli minum dan pergi, sedangkan sisanya bergabung bersama Jeje dan Yuta di tangga pinggir lapangan.
"Lah Je baca buku?" celetuk Yogi bingung dan mendekat.
"Sok cantik bawa buku ke lapangan," kata Junaid pedas.
"Kok gue nggak tau lo bisa baca?" ucap Jeka tanpa dosa.
Jeje menghela nafas kasar. Gatal ingin melempar buku di tangannya. Tapi yang ngoceh tiga orang, bukunya satu. Jeje belum sepro itu bisa sekali tepok tiga nyamuk mati.
Yuta kali ini tak berkomentar, tak sengaja melirik. Melihat kumpulan cheers tadi mulai membentuk formasi.
"Kenapa cheers latihan jam segini?" tanya Yogi duduk di samping Yuta, ikut memandang ke arah sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
K 0.1✔ ✔
Teen FictionDi Jepang, ada tiga cara untuk mengupkapkan perasaan cinta. Daisuki, untuk teman atau orang yang kamu suka. Aishiteru, untuk hubungan spesial yang lebih serius. Dan Koishiteru. Untuk orang yang ingin kamu habiskan hidup bersamanya. [ cerita mengadu...