#K - Butterfly

19.8K 4.1K 1.2K
                                    


#K - Butterfly



Pemuda itu segera beranjak membawa hape, melempar asal handuk basah ke kursi meja belajar. Ia nampak lebih segar dari hari-hari sebelumnya. Dengan kaos putih polos dan celana olahraga panjang berwarna biru ia menurut segera menuju pintu rumah.

Sebenarnya, gadis itu makin menggemaskan. Semalaman terus mengirim chat bahkan sampai meminta kiriman poto. Tadi pagi saja saat tau Yuta belum datang ke sekolah Nisa segera menelpon, dan kembali meminta bukti kiriman poto. Bener-bener kayak tahanan kota yang harus laporan wajib tiap jam.

Yuta membuka pintu rumah. Ia melongok, jadi tersenyum lebar dan menyeringai berlari kecil menuju pagar rumah (yang tadi malam sempat ia gembok karena Sachio juga mengingatkan). Yuta membukakan pagar rumah, memandang Nisa yang baru saja sampai dengan celana jeans pensil dan hoodie kebesaran biru muda ala Ayumi Nisa dan tas selempang putih.

"Tuh kan, pake kacamata," kata Yuta memandang Nisa yang kali ini memakai kacamata beningnya dan mengikat cepol rambut lurusnya. Benar-benar kembali menjadi sosok Ayumi yang sering Yuta lihat di sekitar rumah sakit dulu.

"Kenapa," balas Nisa dingin, yang kemudian melewati Yuta memasuki area rumah membuat Yuta mencibir.

Yuta menutup pagar kembali, lalu mengekori Nisa. Ia tersenyum tertahan melihat tangan kiri gadis itu menenteng sebuah tas bekal. Mereka memasuki rumah Yuta, berjalan bersama ke arah meja makan.

"Mau makan sekarang?" tanya Nisa membuka tas bekal, mulai mengeluarkan kotak bekal berwarna ungu muda di sana.

"Nggak," jawab Yuta menggeleng. "Udah makan siang tadi. Entar aja."

Nisa jadi mendongak, "bukannya lo makan tadi jam 11?"

"Hm," Yuta mengangguk, "makan siang kan?"

"Sarapan apa?"

"Itu disatuin sama sarapan," jawab Yuta tanpa dosa.

Nisa menipiskan bibir.

Yuta tertawa kecil, "entar aja," katanya mendekat, meraih tangan Nisa lalu menariknya menjauh dari area dapur. Nisa menurut saja kali ini, memang ingin menunjukkan sesuatu.

Mereka duduk bersampingan di sofa besar ruang tengah Yuta. Nisa melepas tas dan hoodie, ditaruh di ujung sofa yang masih luas. Kemudian menoleh pada Yuta.

"Liat lengannya," kata Nisa menjulurkan tangan memberi tanda membuat Yuta menurut karena memang tadi memberi tau Nisa untuk membuka perban. Nisa memerhatikan bekas samar luka di sana.

"Ayumi," panggil Yuta membuat Nisa mendongak, "buka dulu kacamatanya. Bener. Gue takut lo ngomel," katanya dengan raut wajah serius.

Nisa mendengus, jadi mendecak dan menatapnya tajam. "Gue lagi nggak pake soflens karena capek. Nggak ada urusannya," katanya galak, kemudian melepas lengan Yuta dan menoleh kembali mengambil tas putihnya.

"Nggak ada urusan katanya," sindir Yuta mencuatkan bibir sebal. Yuta mengernyit, melihat gadis itu mengeluarkan sesuatu.

Nisa kembali menarik lengan Yuta kini ditaruh di atas paha, lalu menoleh. "Ini apa?" tanyanya mengacungkan benda yang ia ambil dari tas.

"Spidol," jawab Yuta polos.

"Buat apa?"

Yuta diam, berpikir. "Lo...." Ia menatap Nisa curiga, "lo nggak niat mau nyolok mata gue kan?" tanyanya jadi ngeri.

Nisa mengatupkan bibir kesal. Ia kini agak mengangkat lengan Yuta, kemudian menggambar kecil di lengan kiri itu membuat Yuta memandanginya bingung. Yuta diam saja menurut, membiarkan gadis itu mulai mencoret-coret lengannya dengan spidol.

K 0.1✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang