Nisa termenung di ruangan itu. Ia duduk diam, masih tak mengerti dengan semuanya. Gadis itu memilih pergi saat orangtua Sachio datang, tak ingin jadi orang asing yang tak tau harus apa di sana.
Pintu ruangan terbuka, membuat Nisa segera berdiri menyambut sang ayah yang melepaskan jas dokternya dan mendekat.
"Kamu udah nunggu dari tadi?" tanya Ayah Nisa duduk di sofa depan Nisa.
Nisa diam sesaat. "Tadi gimana?" tanyanya membuat sang ayah tersentak, "yang di UGD tadi... adik kelas aku."
"Ah..." Ayah Nisa bergumam kecil. "Masih harus diperiksa lebih jauh lagi. Dia masih dibius untuk ngeredain sakitnya, jadi masih tidur."
Nisa jadi diam. Tak minat saat ayahnya mulai membuka kotak bekal bawaan gadis itu. Ia masih merasa tak tenang.
"Kakaknya juga teman kamu?"
Nisa terkejut, mendongakkan kepala namun tak menjawab.
"Mereka pasti deket banget," kata Ayah Nisa membuat gadis itu mengernyit. "Kakaknya yang paling keliatan sedih. Tadi ditawari untuk infus sebentar karena mukanya pucet banget, tapi dia nolak dan pergi."
Nisa makin merasa cemas.
Ayah Nisa menghela nafas berat, "dia langsung blank saat tau ini kecelakaan fatal. Kemungkinan besar... harus operasi."
Nisa bergetar kecil. Melebarkan mata terperangah. "M-maksudnya operasi..."
"Amputasi," jawab ayahnya juga merasa berat. "Ibunya tadi nangis histeris, tapi seenggaknya ada ayahnya yang nenangin. Dan kakaknya... dia lebih nyendiri."
Nisa merasa jantungnya mencelos. Jari-jarinya gelisah dan panik. Ia memandangi ayahnya takut-takut, tapi akhirnya bersua.
"Papa makan sendiri ya siang ini," katanya membuat ayah Nisa tersentak. "Dia temenku. Aku nenangin dia dulu," pamit gadis itu cemas. Segera berdiri dan berlari pergi ke luar ruangan.
Nisa melangkah cepat di koridor rumah sakit. Gadis tinggi itu makin merasa kusut. Antara khawatir juga tak paham apa yang sebenarnya terjadi.
Yuka? Kazuhiko? Sachio adiknya Yuta? Atau kembar? Bukankah mamanya di luar negeri? Bukankah mamanya single parent? Kenapa nama Sachio harus ada dua? Kenapa mereka menyembunyikan ini?
Nisa merasa tertohok, walau tak tau alasan pasti. Kembali teringat hari itu di kafe dekat toko buku. Sebenarnya Nisa menangkap saat Yuta dengan santai menyedot minuman di sedotan yang sama dengan Sachio. Saat keduanya duduk merapat tanpa jarak sama sekali.
Apalagi sebelum itu... senyum bodoh keduanya saat ketahuan bohong oleh Nisa.
Senyum yang sama. Dengan gerakan yang sama.
Kenapa Nisa baru sadar?
Nisa berhenti di depan UGD. Menoleh kanan kiri, tak menemukan pemuda itu. Ia jadi memutar, ke arah luar rumah sakit menuju taman. Gadis itu menyempatkan diri membeli sebotol air putih.
Ia masih celingak celinguik mencari. Berbelok ke belakang gedung. Entah kenapa firasatnya membawanya ke sini.
Dan benar saja.
Pemuda itu di sana. Duduk sendiri di bangku panjang bersandar di dinding di belakangnya. Dengan sebatang rokok menyala di jari kanan pemuda itu.
Nisa meragu. Jantungnya berdegup tak tenang. Ia memegangi botol di tangannya gelisah sambil menggigit bibir bawah.
KAMU SEDANG MEMBACA
K 0.1✔ ✔
Teen FictionDi Jepang, ada tiga cara untuk mengupkapkan perasaan cinta. Daisuki, untuk teman atau orang yang kamu suka. Aishiteru, untuk hubungan spesial yang lebih serius. Dan Koishiteru. Untuk orang yang ingin kamu habiskan hidup bersamanya. [ cerita mengadu...