#K - Peran Tak Penting

44.2K 8K 1.3K
                                    



Nisa mendudukkan diri di pojok perpus pagi itu saat istirahat pertama, jam-jam perpustakaan sedang sepi-sepinya. Ia menaruh note yang ia bawa kemana-mana ke atas meja. Mulai membuka dan melanjutkan gambar dengan pensil mekanik biru.

Nisa membenarkan kacamata beningnya, mulai larut sendiri. Jendela di pojok ini sering dibiarkan terbuka, membuat area belakang lebih adem karena perpustakaan ada di lantai dua. Ia mulai merasa tenang dan damai.




Sampai



"Eh, Doodle."



Gerakan tangan gadis itu berhenti. Suara horror yang sehari lalu mengusiknya kini kembali terdengar.

Nisa melirik, melihat seseorang menarik kursi di depan mejanya lalu duduk di sana dengan santai.


Sumpah. Ni cowok Jepang benar-benar minta dilempar ke Konoha.



"Wih, gambar apaan tuh?" tanya Yuta sok asik, "gambarin gue dong sesekali."

Nisa mendengus keras, kemudian mendongak. "Udah kok," jawabnya membuat Yuta terkejut.

"Eh? Serius?" Wajah Yuta merekah, sudah kegeeran setengah mati.

Walau jadi mengumpat saat Nisa mengangkat bukunya, kemudian menunjuk gambar di pojok. Gambar yang diwarnai cokelat dan berbentuk kotoran.

"Kasar," kata Yuta menahan kesal.

Nisa tak banyak bicara, kembali menaruh buku dan melanjutkan menggambar.

"Jorok lo gambar-gambar begitu," kata Yuta berkomentar.

Yuta berdehem, kembali mencoba menarik perhatian. "Gambar lo bagus banget. Nggak coba bikin buku kayak Naela Ali?"

Cewek putih itu terkejut. Refleks menoleh, "siapa?" tanyanya tak percaya dengan pendengarannya.

"Naela Ali, ilustrator yang lagi naik daun tuh," kata Yuta semangat, mendapat sinyal cewek ini menyambutnya karena wajahnya terlihat merekah.

"Elo tau Naela Ali?" tanya Nisa tak percaya.

"Tau lah. Idola gua," kata Yuta percaya diri. "Gue selalu beli bukunya. Quotenya tuh ngena-ngena terus gambarnya emang mantep mantep. Ya nggak sih?"

Nisa mengernyit, "lo baca buku Naela Ali?"

Yuta diam-diam hilang kata.


Mampus.

Emang buku Naela Ali tuh tentang apa sih? Apa mungkin buku cewek ya? Yuta nggak sempet beli.


"Hm. Kenapa? Gue suka gambarnya," kata Yuta sambil tertawa gugup.

Nisa mengernyit. Ia merasa firasat tak enak. Kemudian membenarkan kacamatanya sesaat di hidung bangirnya sebelum melanjutkan.

"Kalau gitu, apa quote favorit lo?"


Yuta dikutuk jadi batu.

Wajahnya mulai memias. Melemas begitu saja mati kutu. Membuat Nisa mendengus keras, sadar cowok ini lagi membohonginya.


K 0.1✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang