#K – Berakhir Tanpa Perpisahan
Nisa melangkah di antara rak perpustakaan sendiri. Gadis berambut panjang lurus itu mengembalikan buku-buku pinjaman di semester satu, dan kini ingin bersiap menggantinya dengan bacaan baru.
Nisa yang biasanya santai-santai saja sendirian kemana-mana sekarang jadi merasa jengah. Kupingnya benar-benar panas. Banyak yang meliriknya juga seakan memerhatikan.
Sumpah. Apaan sih, lebay banget???
Si Yuta itu siapa dah? Ketua OSIS kayak Ezra? Kapten basket kayak Jeka? Bosgeng sekolah kayak Aryan? Orang begitu kok dihebohin bener sekali punya pacar anak EHS.
Nisa nggak bisa berenti julid (dan julitin si Yutanya sendiri). Tanpa sadar sadar ia berkali-kali memutar bola mata di balik kacamata beningnya itu, sampai bisa-bisa matanya kebalik kali dari tadi sinis banget.
"Nisa."
Gadis itu terkejut saat baru saja meraih satu buku. Lagi ngedumel sendiri ia mengerjap dan menoleh. Mengangkat alis melihat pemuda tinggi itu. Matanya melebar, tertegun begitu saja.
"Bisa keluar perpus nggak? Ada yang mau gue omongin," ucapnya pelan membuat Nisa mengerti karena mereka sedang ada di perpustakaan.
Gadis itu diam sejenak, mengangguk saja menurut. Pemuda itu berbalik, melangkah lebih dulu. Nisa mengalihkan wajah, kembali memandang rak.
Walau berikutnya garis wajahnya menurun.
Astaga.
Bodoh.
**
Nisa melangkah keluar perpustakaan membawa tiga buah buku hasil pinjamannya. Gadis itu menoleh kanan kiri. Ia menipiskan bibir, kini jadi lebih gugup. Gadis itu menyematkan anak rambut ke balik telinga melangkah mendekat seorang cowok yang berdiri belakang balkon lantai dua memandangi lapangan menunggu di sana.
Nisa berdehem, "Fahmi," panggilnya kemudian berhenti di samping pemuda tinggi tersebut.
Fahmi menoleh, menegakkan tubuh. "Sorry ya, manggil keluar. Di dalam nggak boleh ngobrol, entar dimarahin," katanya meringis kecil.
Nisa tersenyum tipis, "nggak papa kok. Gue juga Cuma minjem buku aja."
Fahmi mengangguk-angguk kecil. Ia diam sejenak, menoleh kanan kiri. "Eum, kalau ngobrol di koridor gini juga nggak papa kan? Atau lo ngerasa nggak nyaman nanti ada yang liat? Kan sekarang lo punya pacar."
'Anjir.' Nisa tak bisa menahan untuk tak mengumpat kali ini. Gadis itu refleks mengalihkan wajah dan merutuk.
Fahmi berdehem pelan membersihkan tenggorokannya, "pacar lo beneran?"
Nisa menggigit bibir. Ia memandangi buku-buku di tangannya beberapa saat. Gadis itu menarik nafas, kemudian menghembuskannya sambil mendongak.
"Hm." Gadis itu bergumam, mengangguk tegas.
Fahmi mengatupkan bibir. "Ohh..." Ia diam sejenak, kini merasa agak canggung.
Fahmi meneguk ludah, kembali membuka suara dengan intonasi santai tanpa beban. "Kaget gue. Selama ini kayaknya nggak pernah cerita-cerita, lo ngomongin Titan Titan doang nggak taunya punya pacar beneran," katanya dengan kekehan ringan.
KAMU SEDANG MEMBACA
K 0.1✔ ✔
Teen FictionDi Jepang, ada tiga cara untuk mengupkapkan perasaan cinta. Daisuki, untuk teman atau orang yang kamu suka. Aishiteru, untuk hubungan spesial yang lebih serius. Dan Koishiteru. Untuk orang yang ingin kamu habiskan hidup bersamanya. [ cerita mengadu...