#K - After The Heartbreak (1)

17.8K 4.2K 2.5K
                                    


#K – After The Heartbreak (1)



Nisa memakai kacamata beningnya sambil beranjak. Ia memperbaiki rambut panjang lurusnya agak menutupi wajahnya yang sembab, mencoba menguasai diri melangkah menuju pintu rumah setelah bel rumah berbunyi tadi.

Nisa menarik nafas dalam, menghembuskan mantap lalu membukakan pintu. Ia mencoba tetap tenang memandang Venny berdiri di sana. Memang kemarin saat Venny dan yang lain akan jalan-jalan bersama Nisa menitip cat akrilik yang malam ini diantarkan Venny langsung. Berdua, ada Ajun yang menemani.

"Makasih ya," kata Nisa mencoba menghindari tatapan Venny.

Venny mengernyit, "lo sakit?" tanyanya membuat Nisa tersentak, "suara lo... serak."

"Lah beneran?" sahut Ajun ikut serta, duduk di kursi teras Nisa menolehkan kepala. "Cowok lo tuh dari di sekolah nyariin noh. Tadi aja kita disamperin di Adira."

"Iya," Venny mengangguk, menoleh pada Nisa yang tertegun. "Lo tadi kemana? Kok tiba-tiba nggak ada? Lo langsung pulang?"

"Hm," Nisa agak menundukkan kepala, "gue nggak enak badan."

Venny diam-diam berpandangan dengan Ajun, sama-sama mengernyitkan kening. Rasanya ada yang aneh. Tapi, mereka masih tak tau. Hanya saja, terasa tak biasa melihat sosok Ayumi Nisa tak mengangkat dagu dan bicara jelas. Keduanya berpikir, baru kali ini rasanya melihat Nisa terlihat sakit tak enak badan.

"Makasih sekali lagi. Hati-hati pulangnya," pesan Nisa belum mendongak, kemudian mundur dan berbalik ingin menutup pintu.

"Nis," tahan Venny mengurungkan niat gadis kurus itu. "Lo nggak papa?"

Nisa diam-diam tersentak. Masih menghindari tatapan Venny. Entah kenapa ia jadi diam. Nisa tau, sedang ada seorang teman yang ingin menemaninya dalam keadaan sulit begini. Tapi egonya masih merasa arogan tak membutuhkan siapapun saat ini.

Ajun yang juga memandangi kediaman Nisa mengerutkan kening. "Lo berantem sama Yuta?" tanyanya menebak.

Venny mengangkat alis, mendekat pada Nisa. "Lo udah bilang Yuta tentang cewek-cewek yang nyinyirin lo?" tanyanya yang memang paham teman kelasnya satu ini biasa blak-blakan.

Nisa menggigit bibir. Kini makin merunduk. Gadis itu bergetar kecil. Tak tahu rasanya dipedulikan orang lain akan jadi seemosional ini.

Raut wajah Venny jadi khawatir. Tangannya terjulur, menyentuh lengan Nisa mengusapnya lembut. "Mau ikut kita? Kita mau lanjut ke rumah gue. Ada yang lain juga. Nggak jauh dari sini, kan?"

Nisa menarik nafas dalam, menghembuskannya pelan mencoba menguasai diri. "Nggak, Ven. Gue nggak papa."

"Jangan gitu," kata Venny kini memaksa, "orang yang sedih butuh hiburan. Hiburan bisa datang dari temen. Ada kita, lo punya banyak temen."

Ajun memandangi itu, masih duduk di kursinya. "Tapi Ven, ini udah jam 7. Kalau kata Nisa, ini udah jam malam buat dia," katanya mengingat ucapan Nisa kala itu.

"Ck, diem deh Jun," balas Venny melotot kecil, lalu kembali menoleh pada Nisa. "Lagian besok kan libur. Santai aja kali Nis. Lo kalau mau nginap di rumah gue juga nggak papa. Nih, liat. Rumah lo sepi. Ortu lo belum pulang? Apa tugas malam? Daripada sendirian," katanya panjang lebar dan membujuk.

Ajun melengos pelan, lalu berdiri dan mendekat. "Dah sana siap-siap. Kita bertiga naik motor gue," katanya membuat Nisa kali ini mendongak dan mendelik. Venny juga menoleh sepenuhnya hampir mengumpat.

K 0.1✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang