#K – Pengertian
Nisa menelusuri rak buku besar di ruang kerja rumahnya. Gadis itu meraih satu, membaca judul, lalu kembali menaruhnya. Keningnya berkerut, di balik kacamata bening yang ia pakai masih mencoba mencari.
Nisa melengos. Ia melirik, bisa mendengar suara TV dinyalakan. Artinya sang mama sudah selesai makan malam dan bersantai. Gadis jangkung itu segera keluar dari ruang kerja untuk mengambil kesempatan.
Nisa mendudukkan diri ke sofa, duduk di samping Mama yang menonton TV acara debat dengan tenang. Nisa melirik kecil, mencoba mencari waktu yang tepat.
"Ma," panggil Nisa pelan membuat Mama berdehem tanda menanggapi, "em... boleh nanya?"
"Kenapa?" balas Mama Nisa kalem, dengan pandangan masih fokus pada layar televise.
Nisa mengerjap-ngerjap di balik kacamata minusnya. Ia menggigiti bibir, tau mamanya juga bukan tipe yang biasa basa basi.
"Eum... apa Separation Disorder bisa kambuh?" tanya Nisa dengan hati-hati.
Mama Nisa mengernyit, kini jadi menoleh. "Separation Anxiety Disorder?" ulangnya dijawab anggukan Nisa.
"Kata mama... penyakit anxiety nggak bisa dibilang benar-benar sembuh... Apa bisa tiba-tiba kambuh?" tanya Nisa memain-mainkan jempol tangannya agak canggung.
Mama diam sejenak, berpikir. "Tergantung usia," jawabnya membuat Nisa mengangkat kedua alis tinggi. "SAD bukan jenis yang parah, bisa hilang sepanjang tambah usia. Karena jenis kecemasan ini biasa diderita anak-anak di bawah usia 18 tahun, dominan anak-anak kecil. Yang nggak mau pisah dari orangtuanya. Jadi kalau ditangani dengan benar... kemungkinan besar bisa hilang."
Nisa mengatupkan bibir. Gadis itu jadi meraih bantal sofa sambil mengangkat kedua kaki ke atas sofa duduk bersila. "Apa cuma diderita perasaan ke orangtua? Kalau ke... sodara... atau adik?"
"Tentu bisa," jawab Mama Nisa santai, "Separation Anxiety Disorder itu cemas berlebihan di luar batas normal seusianya saat pisah sama orang yang erat dalam ikatan perasaan. Jadi bukan cuma tentang orangtua. Sama mbak baby sitter aja juga bisa kok."
Nisa mengangguk-angguk, "eum.... Tapi.... Misal dulu sakit beberapa tahun lalu... Sekarang.... Mungkin belum 18 tahun..." Ia diam sejenak, "apa bisa kumat lagi?"
Mama Nisa diam, mencoba memahami. "Tergantung kasusnya, sayang. Kalau ada bawaan kecemasan lain gimana? Anxiety, Panick attack, PTSD..... Ah, atau mental breakdown?" ucapnya sambil kembali memandang layar Tv, lalu melanjutkan.
"Kalau pemicunya Separation Anxiety Disorder... ada kemungkinan.... nyakitin diri sendiri."
Nisa terdiam. Matanya membulat, merasa merinding begitu saja. Hatinya mendingin, membuat gadis itu sempat bergetar kecil.
"Separation Anxiety Disorder-nya mungkin nggak berefek sebesar saat dulu, tapi bisa jadi pemicu kecil nimbulin mental breakdown. Biasanya, penderitanya jadi mulai ngalamin depresi," kata Mama Nisa membuat Nisa makin bungkam dan melemas.
Nisa meneguk ludah. Ia masih terpaku, tapi berusaha mengendalikan diri. "Kalau udah gitu... harus apa? Selain ke psikater..."
Mama Nisa memandang layar TV sambil bersandar dan menghela nafas pelan. "Hampir semua kecemasan punya satu obat utama yang sama, sayang," ucapnya lembut. Ia menolehkan kepala masih sambil bersandar, menatap Nisa sambil tersenyum kalem. "Temenin dia."
KAMU SEDANG MEMBACA
K 0.1✔ ✔
Teen FictionDi Jepang, ada tiga cara untuk mengupkapkan perasaan cinta. Daisuki, untuk teman atau orang yang kamu suka. Aishiteru, untuk hubungan spesial yang lebih serius. Dan Koishiteru. Untuk orang yang ingin kamu habiskan hidup bersamanya. [ cerita mengadu...