#K – Penyelamat
Pemuda itu membuka kedua kelopak matanya dengan berat. Ia mengerjap, agak kesulitan dengan pandangan kabur. Matanya terasa masih panas dan bengkak, perih. Kepalanya berkunang dan terasa berat. Jemarinya meremas seprai tempat tidur, memaksa diri untuk kembali memejamkan mata lagi.
Kenapa dia masih terbangun?
**
Nisa menarik nafas sedalam mungkin, lalu menghembuskannya perlahan dan panjang. Ia duduk sendirian di bangku depan ruang Radio di ujung gedung baru sekolah. Seharian, Nisa tak melihat pemuda itu. Ia ingin menghubungi, tapi entah kenapa merasa tak enak.
Sementara itu, sekarang Nisa mencoba menyiapkan diri melakukan hal lain.
Sebenarnya seumur hidup, Nisa tak pernah mau mencampuri urusan orang lain begini. Apalagi, urusan keluarga. Ada hak apa? Yang di sisi lain juga Nisa tak suka menghabiskan energi untuk mengurus hidup orang lain.
Tapi, kali ini ia harus melakukannya.
Nisa mungkin akan dicap menyebalkan. Namun Nisa benar-benar tak bisa diam. Nisa yang harus melakukannya.
Suara sayup-sayup membuat Nisa tersadar. Ia menegakkan tubuh, langsung menolehkan kepala. Gadis kurus yang kali ini memakai soflens untuk pandangannya itu bisa melihat jelas sosok Faili yang berjalan bersama temannya mengobrol ringan.
Gadis berponi rata dengan rambut gelombang di samping Faili awalnya biasa saja. Sampai matanya melirik, kemudian jadi tersentak melihat sosok Nisa duduk di depan ruang radio.
Faili yang masih berjalan jadi kaget dan menoleh bingung Sachio berhenti begitu saja. Garis wajah Sachio berubah, jadi mengerjapkan kedua mata dan menjadi canggung.
"Ayo, Chio," ajak Faili menarik tangan Sachio membuat Sachio terkejut. Nisa juga diam-diam jadi makin merasa gugup tapi mencoba tetap mengendalikan ekspresi wajah tetap datar dan tenang.
Sachio jadi kikuk, entah kenapa merasa tak enak. Gadis itu merapat pada Faili, sampai memegangi lengan Faili dengan kedua tangan. Makanya, tadi dia agak kaget Faili memintanya ditemani ke ruang radio. Padahal di kelas, Faili biasa dengan Yera ataupun Mauryn.
"Eh, Kak Nisa," sapa Faili ceria, menghampiri ke depan Nisa yang duduk di bangku panjang ruang radio.
Nisa justru memandang Sachio yang mengalihkan wajah. "Nggak perlu kayak gitu, Fai. Sachio pasti juga udah tau," ucapnya penuh arti membuat Sachio menggigit bibir dan makin ke belakang Faili.
Faili menipiskan bibir. Ia menggenggam tangan Sachio, melirik padanya. Gadis itu jadi tak tega, lalu kembali menoleh pada Nisa. "Eum... apa gue harus di sini? Biar anu, kayak... Najwa Shihab, moderator," kata Faili mencoba mencairkan suasana.
Nisa tak menjawab. Ia melirik Sachio yang terlihat takut.
Faili mencoba memahami ekspresi Nisa. Gadis itu menoleh pada Sachio, perlahan meraih tangan Sachio melepaskannya lembut membuat Sachio mengangkat wajah. "It's okay," bisik Faili pelan, menenangkan. "Lo kan anak berani. Harus bisa dihadapin. Ok?"
Sachio menggigit bibir, jadi menurut dan mengalah melepaskan pegangan pada lengan Faili.
"Gue juga nggak gigit kok, Sachio," kata Nisa juga mencoba menguasai keadaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
K 0.1✔ ✔
Teen FictionDi Jepang, ada tiga cara untuk mengupkapkan perasaan cinta. Daisuki, untuk teman atau orang yang kamu suka. Aishiteru, untuk hubungan spesial yang lebih serius. Dan Koishiteru. Untuk orang yang ingin kamu habiskan hidup bersamanya. [ cerita mengadu...