#K - Sekeras Batu

49.1K 8K 1.4K
                                    



Yuta sudah duduk manis di atas motornya ketika parkiran masih sepi pagi itu. Padahal rumahnya jauh dari sekolah, tapi ia rela pagi-pagi datang begini.

Sampai tadi Pak Joko si penjaga sekolah nanya apa Yuta kabur dari rumah sampe nginap di sekolah begini.

Yuta hanya tersenyum sabar.

Moodnya tidak boleh rusak. Hari ini akan indah jika ia awali dengan senyuman indah. Begitu pikirnya.


Yuta mulai bosan memandangi para murid yang datang. Beberapa orang juga sempat menoleh bingung melihat keberadaan cowok Jepang itu pagi begini. Karena Yuta kalau datangnya nggak lima detik sebelum bel ya dia ada di lapangan olahraga sekarang. Lagi main futsal atau basket. Sekarang malah jadi penjaga parkir begini.


Yuta mengangkat alis melihat mobil sedang hitam berhenti di area depan EHS. Entah kenapa ia menegak, berdegup dengan firasat.

Senyum cowok itu refleks mengembang, melihat seorang gadis putih keluar dari mobil. Membenarkan kacamata sesaat sebelum melangkah memasuki area sekolah.


Yuta berdehem-dehem, merapikan diri. Ia melangkah dengan percaya diri. Ketika memasuki area lobby, Yuta jadi berlari kecil dengan fokus pada punggung gadis itu.

"Aduh, sorry," kata Yuta menabrakkan diri dari belakang membuat gadis itu terkejut kaget dan refleks menoleh.

Yuta berhenti, melebarkan mata dengan wajah kaget sempurna. "Eh, Del! Ketemu lagi," katanya dengan senyum merekah.

Cewek berkacamata itu, Nisa, refleks mengernyit. Ia menoleh kanan kiri, sebelum kembali memandang Yuta. "Del? Lo manggil gue?" tanyanya bingung.

Lagian enteng banget dal del dal del dikira nama dia udel.

Yuta menyeringai lebar, "Hm. Lo si cewek doodle, kan?"

Nisa mendelik kecil. Ia memandangi Yuta seakan cowok ini adalah alien aneh yang tiba-tiba turun ke bumi dan meminta air bersih untuk dibawa ke planet asalnya.

"Lo lupa sama gue?" tanya Yuta menunjuk diri sendiri. "Setelah apa yang kita lalui hari itu?"

"Ha?" Nisa refleks melongo.

Yuta jadi tertawa, "nggak, nggak. Canda," katanya cengengesan.

Nisa memandangi Yuta mendelik. Lalu kemudian mengatupkan bibir dan mendecih. "Aneh," katanya singkat.

Kemudian berbalik dan kembali melangkah. Meninggalkan panah menancap tepat di dada Yuta dengan satu kata itu.

Yuta menarik nafas panjang dan dalam. Menghembuskan pelan sambil bergumam. 'Sabar... sabar... Ingat kata Hanbin dia cuma kaku sama orang baru, kalau kenal bakal santai. Tenang.'


Yuta berlari kecil mengejar Nisa, kembali sengaja menubrukkan diri pelan membuat Nisa menoleh. Terlihat jelas dari kilatan matanya dari balik lensa bening itu gadis ini mengumpat dalam hati.

"Eh, Ayumi," panggil Yuta akrab.

Nisa refleks mendelik, "lo tau nama depan gue dari mana?" tanyanya jutek. Seingatnya waktu itu dia cuma menyebut nama belakangnya saja.

Yuta mengangkat alis, "eh bener? Padahal gue nebak," katanya santai.

Nisa hampir mengumpat.

"Tapi kenapa lo nggak punya nama ayah? Kenapa cuma Ayumi Nisa? Nggak mungkin kan nama bokap lo Nisa? Atau Ayumi?" tanya Yuta sudah panjang lebar.

K 0.1✔ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang