Yuta duduk di pinggir lapangan olahraga. Hari terakhir sekolah sebelum libur semester begini memang sekolah sudah mulai sepi setelah pagi tadi pembagian rapot. Tante Yuta yang harus datang sebagai wali. Kini cowok itu memilih tetap di sekolah, duduk di pinggir lapangan sementara teman-teman lain ke kafetaria.
Cowok itu memandangi layar hape, mendecak sendiri bingung harus mengetik apa.
Mau ngegangguin, tapi entar tu cewek jadi beneran ngamuk. Mau dengan gaya manis, entar tu cewek block dia.
Jadi bingung.
Yuta mendecak kecil. Ia entah kenapa melirik, melihat gerombolan cheers ada di sudut lapangan. Tadi mereka sudah tampil di demo ekskul semesteran. Kini para cewek itu malah kembali latihan untuk penampilan minggu depan di salah satu pertandingan basket mendatang.
Yuta mengangkat alis, melihat gadis berponi rata itu nampak ingin naik ke atas teman-temannya yang membungkuk. Yuta mendelik, jadi menegak.
'Tu anak bongsor napa naik-naik sih,' batin cowok itu cemas.
Cewek itu berhasil naik, berpose tegap mengangkat kedua lengan. Kemudian melompat ke bawah dengan mulus.
Yuta jadi menghembuskan nafas, kembali merunduk pada layar hape lebih tenang kini. Kembali fokus ingin mengetik chat apa.
Tapi cowok itu masih melirik beberapa kali ke arah sudut lapangan. Ia jadi gelisah. Keningnya berkerut keras tak suka saat kini dua tingkat menara manusia yang akan gadis itu naiki. Yuta bisa melihat ia dengan percaya diri mengajukan diri dengan berani karena teman-temannya meragu.
Yuta jadi tegang sendiri, memandangi gadis itu naik dengan bantuan. Ia tanpa sadar menahan nafas saat gadis itu berhasil berdiri di atas, mengangkat satu kakinya berpose sempurna. Lalu lompat ke bawah dengan berhasil.
Yuta lagi-lagi menghela nafas lega. Ia menipiskan bibir, mengalihkan wajah kembali ke layar hape. Berusaha tak memikirkan dan ingin mengetikkan chat sapaan.
Yuta berdegup, jadi merutuk. "Napa sih chat aja jadi deg-degan goblok," umpatnya pada diri sendiri.
"KYAAAAAA!!!"
Cowok itu terlonjak setengah mati. Ia terperanjat mendengar teriakan melengking Sachio diikuti suara histeris lain. Yuta langsung melompat, melesat berlari datang pada orang-orang yang mulai berkerumun dengan panik dan heboh.
"Ceng!!" panggil Yuta panik, menepis orang-orang dan segera ke samping Sachio yang berteiak kesakitan dengan tangis yang sudah pecah. Baru saja terjatuh dari dua tingkat menara manusia dengan keras.
"Ke UKS! UKS! Tandu!" cemas anggota cheers heboh.
"Langgsung ke rumah sakit lah!" balas Yuta membentak. Pemuda itu kalut, meraih tubuh Sachio yang kesakitan.
Para cewek itu makin berisik, ikut histeris melihat Sachio yang menangis seperti memohon ampun sangking sakitnya.
"SIAPA YANG BAWA MOBIL ATAU PANGGIL TAKSI! CEPET!" teriak Yuta sudah seperti hilang akal, membopong tubuh Sachio dan berlari keluar ke arah parkiran.
Sachio menjerit kesakitan, tangannya mencengkeram dada Yuta. Dengan wajah yang sudah merah dan basah menangis histeris. Ia merasa dadanya sesak sampai susah bernafas. Tubuhnya merintih seperti dipukuli. Kakinya seakan terus berteriak merasa sakit yang tajam dan kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
K 0.1✔ ✔
Teen FictionDi Jepang, ada tiga cara untuk mengupkapkan perasaan cinta. Daisuki, untuk teman atau orang yang kamu suka. Aishiteru, untuk hubungan spesial yang lebih serius. Dan Koishiteru. Untuk orang yang ingin kamu habiskan hidup bersamanya. [ cerita mengadu...