2. siapakah dia?

8.1K 314 7
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم

***
"Adab lebih utama dari pada ilmu. Yang intinya jika kita punya ilmu tapi tak mempunyai adab, ilmu itu akan sia-sia, tidak akan berkah suatu saat nanti"

***

Nafisyah merasa aneh, tadi dia bangun jam tiga pagi. Tentu dengan rasa terpaksa Nafisyah melakukan itu, karena dia harus mulai mengikuti aktivitas di pesantren ini.
Jarang sekali Nafisyah bangun jam-jam sepagi itu, walaupun ketika di rumah ayahnya selalu membangunkannya untuk salat tahajud, tapi tetap saja dia tertidur pulas bagaikan kerbau.

Beberapa saat lalu, Nafisyah dipanggil oleh Abah Umar, untuk mengetahui beberapa peraturan pesantren yang belum sempat diberi tahukan kepadanya.
Karena sejak kedatangannya kemarin, Abah memang belum berbicara banyak pada Nafisyah.

"Nafisyah." ucap Abah Umar. "Mulai saat ini kamu harus mengikuti semua peraturan dan aktivitas yang ada di pesantren ini. Tidak ada pengecualian, tidak ada yang di istimewakan di sini, semua terlihat sama di mata Abah. Bukannya Allah juga memandang manusia sama? Tetapi satu hal yang membedakannya yaitu keimanan dan ketakwaannya terhadap Allah." Petuah Abah Umar.

Nafisyah memang sudah mengerti akan hal yang di ucapkan oleh Abah Umar dan ia menyetujuinya, tak mempermasalahkannya. Toh dia juga tidak keberatan sekali, karena sudah menjadi peraturan di sini.

"Iya Abah, Nafisyah siap melakukannya." Ucap Nafisyah kaku, biasanya ia selalu memanggil dengan sebutan Om bukan Abah.
"Tapi Bah, buat pegang hp gak bisa, ya? Nanti Nafisyah hubungin ayah sama ibu gimana?" tanya Nafisyah seraya memprotes masalah yang satu ini.

"Gak bisa, Naf, itu sudah peraturan. Abah mohon patuhi, ya!" ucap Abah Umar dengan tegas. "Nanti juga ada waktu buat hubungi ayah kamu, dan kalau ada yang menghubungi kamu, pasti pihak pengurus akan memberitahukannya."

Setelah menemui Abah Umar, Nafisyah mengikuti aktivitas pesantren yaitu bersih-bersih. Dikarenakan Nafisyah mengikuti Maya, jadi ia kebagian bersih-bersih bagian rumah Abah Umar bersama Maya dan para santri lainnya.

BRUG!!

"Aaww, sakit!" rengekan Nafisyah yang terjatuh karena dia ditabrak seseorang.

"Afwan ukhti, saya tadi buru-buru, tak melihat keberadaan ukhti, saya tak sengaja." Permintaan maaf seorang laki-laki yang baru saja menabrak Nafisyah hingga membuat Nafisyah terjatuh.

"Lain kali kalau jalan jangan buru-buru, Mas. Kan jadi nambrak orang," protes Nafisyah.
"Tuh lihat! Air yang ada di ember kan jadi tumpah, mana lantai nya jadi kotor lagi." Nafisyah sangat kesal dengan sikap seseorang yang ada dihadapannya ini.

"Baru juga pertama kali ikutan beres-beres udah ada yang bikin kesel aja. Kalau gak cakep itu santri udah gue bogem deh." Batin Nafisyah.

"Sekali lagi maaf ukhti, saya tidak sengaja. Biar saya saja yang membersihkannya lagi." Ujar laki-laki itu.

"Ada apa ini, kenapa baju kamu pada basah, Syah?" pertanyaan dari Maya, dia baru saja datang dari arah dapur selepas membersihkannya.

"Afwan, Ustaz." Maya kembali berbicara setelah melihat seseorang di sebelah Nafisyah, namun dengan kata meminta maaf.

"Teman saya memang ceroboh, maafkan teman saya, karena keteledorannya baju ustaz jadi basah." Lanjut Maya yang meminta maaf terhadap seseorang itu tanpa didengar oleh Nafisyah.

Nafisyah sibuk membenahi baju dan roknya yang basah. Dengan spontan, Maya mencubit tangan Nafisyah untuk menyadarkannya dan menandakan kalau sikap yang Nafisyah lakukan tidak sopan.

CINTA PADA AKAD KEDUA {Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang