بسم الله الرحمن الرحيم
***Pagi-pagi setelah sarapan, Ustadz Rahman telah berpamitan untuk kembali ke Bogor.
Tidak ada percakapan khusus antara ustadz Rahman dengan keluarga Nafisyah, hanya saja ucapan terima kasih yang sedari tadi terus di ucapkan ibunya dan sekali ucapan dari Nafisyah."Ustadz terima kasih, sudah repot-repot nganter saya ke Bandung" Ucap Nafisyah.
"Tidak apa-apa, sudah menjadi kewajiban saya"Ucap Ustadz Rahman, setelah itu berpamitan pulang.Nafisyah yang masih menggunakan kursi roda, terduduk pasrah di taman belakang rumah sambil melihat dan memberi makan ikan-ikan.
Pikirannya entah melayang kemana, yang jelas bukan pada ikan-ikan yang ia kasih makan.
"Lohh, Syah! Itu kebanyakan loh" Tegur ibu Nafisyah, ketika melihat anaknya memberi makan ikan kebanyakan.
"Bukannya bagus, nanti ikannya pada mati Syah!" Omelnya lagi."Eehhh iyah bu, lupa Aisyah. Heheehe... "tawanya datar.
"Syah!!" panggil ibunya serta membawa Nafisyah untuk mendekat ke gazebo. Menuntun untuk naik dan duduk di gazebo."Syah, cerita sama ibu. Kamu kok sampai bisa seperti ini. Kamu kenapa nak?" Tanya Ibunya, yang menyadari ada sesuatu yang terjadi pada anaknya.
Seperkian detik tak ada jawaban dari Nafisyah, yang hanya ada isak tangis yang keluar. Di peluknya Nafisyah oleh ibunya untuk sedikit meredakan tangis Nafisyah dan memberi rasa kasih sayang ibunya.
"Bu, kenapa ibu gak kasih tahu kalau Kak Khalif mau menikah, terus lamaran yang Nafisyah terima dari siapa bu kalau bukan dari kak Khalif" Tanya Nafisyah, dengan sediki senggukan.
"Astagfirullah, bentar ibu panggil dulu ayah. Ayah yang akan jelasin semua" Ibunya meninggalkan Nafisyah dan memanggil ayah Nafisyah untuk menjelaskan semua nya.
Bukan tak ingin menjelaskan, tetapi akan lebih baik jika ayahnya yang menjelaskan dengan sejelas-jelasnnya.Ayah Nafisyah datang, yang sudah tahu apa masalahnya. Ayahnya merangkul Nafisyah, dan mencoba untuk menenangkannya terlebih dahulu. Setelah lebih tenang ayahnya mulai berbicara.
"aisyah, dengerin ayah" ucap ayahnya tegas, ia merasa kesal dengan tingkah anaknya itu. Masalah yang anaknya hadapi karena tingkahnya sendiri.
" Syah, jujur ayah kembali kecewa sama kamu, jadikan ini sebuah pelajaran. Dengarkan dulu apa yang di ucapkan oleh seseorang jangan langsung mengambil kesimpulan dari ucapannya itu, dan mengabaikan ucapan selanjutnya" Tutur ayahnya.
Setelah menjelaskan apa yang terjadi, ternyata Ayah Nafisyah tidak jadi mengutarakan niat untuk menikahkan anaknya dengan Khalif, karena pada saat itu, ketika ayah Nafisyah akan mengutarakan.
Khalif mengajak ayahnya untuk melamar seorang gadis, yang lain bukan Nafisyah. Dan ternyata pernikahan Khalif di percepat 3 hari lagi.
Dan masalah yang ada di telepon, ayahnya menjelaskan kembali yang di ucapkan sehingga Nafisyah mengerti.
Bukan berhenti menangis setelah di jelaskan, Nafisyah malah semakin menjadi-jadi.
"yah, lantas siapa yang akan menikah dengan Nafisyah" tanya Nafisyah."Rahman" ucap ayahnya singkat.
Nafisyah bukan main kagetnya, sampai ia tak bisa berucap apa lagi. Yang ia pikirkan kenapa harus Ustadz Rahman.
"Syah, kamu sudah dewasa. Masalah yang kamu hadapi harus di jalani bukan dengan air mata seperti ini. Khalif bukan jodohmu. Ikhlaskan, bedoa sama Allah kasih yang terbaik buat kamu" Ucap ayahnya, dan memeluk anaknya itu dengan kasih sayang. Ia merasa kasihan terhadapnya.
Baru memulai, telah terjerumuskan. Gara-gara cinta anaknya harus mengalami seperti ini.
Memang benar, sebaik-baiknya cinta hanya kepada Allah, Sang pemilik cinta.
Ayah Nafisyah harus ekstra sabar dalam mendidik anaknya, apalagi anak-anaknya sudah beranjak dewasa. Harus lebih ekstra dalam memperhatikan masalah percintaannya, takut terjerumus pada hal yang buruk.
"Yuk istirahat, kamu belum sembuh total" ucap ayahnya untuk kembali ke kamar.
"Gendong" rengek Nafisyah.
" Astagfirullah, udah gede gini masih mau di gendong. Nyadar body Syah" ucap ayahnya sambil mengacak-acak rambut Nafisyah, yang memang dari tadi tidak pake kerudung."Iiiihh ayah, kapan lagi coba. Kan masih kuat. Tuh liat Aisyah gak gendut" ucap Nafisyah sambil memutar badannya yang memang lebih kurusan sekarang.
"Iyah deh iyah, sini" Alhasil Nafisyah pun di gendong.
Setelah diruang keluarga, Nafisyah melihat ibunya sedang asik menonton TV.
"Bu lihat.... jangan iri yah" ucap Nafisyah dengan sedikit kencang untuk menyadarkan ibunya." Astagfirullah... syah telinga ayah ini" ucap ayahnya, telinganya terkena semprotan suara Nafisyah yang teriak.
" Hehehe maaf yah" ucap Nafisyah. "Bayi gede masih mau di gendong hahahhaha..." ucap Ibunya sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.Nafisyah begitu bahagia dengan keluarga kecilnya ini, walaupun ayahnya sedikit galak yah bagaimana tidak. Yang ayah nya lakukan semata-mata demi kebaikan anak-anaknya.
"Nih Alhamdulillah, istirahat dulu. Kalau mau apa-apa panggil ibu aja okeee!!" Ucap ayah nya setelah mendudukan Nafisyah di ranjangnya.
"Ouh iya, makan yang banyak nanti yah, kamu kurusan. Ayah pergi kerja dulu. Assalamualaikum" ucap ayahnya dan dibalas oleh anggukan serta jawaban salam Nafisyah.
***
Sepeninggalnya ayah Nafisyah, ia tidak tidur melainkan berdiam diri. Melamunkan hal-hal yang telah ia lalui bersama kenangan yang ia jumpai.
Takdir tak memihak kepadanya, tidak menjadikan Khalif sebagai imamnya, jodohnya.
Kring.. kring.. notif pesan berbunyi. Membuyarkan lamunan Nafisyah tentang angan-angan dan keinginannya.
From: 081366***
"Jangan kau risaukan urusan dunia, risaukanlah urusan akhiratmu. Karena sesungguhnya, kita hanyalah pemain takdir. Duniamu sudah ada yang atur, jangan khawatir."
Entah siapa yang mengirim ia pesan seperti itu, nomer tak dikenal. Nafisyah membalasnya.
To: 081366***
"Siapa? Terima kasih"
Send. Tak ada jawaban dari si pengirim. Jujur saja, isi pesannya sangat ngefek banget buat Nafisyah. Benar memang, kenapa ia harus risau dengan urusan dunia nya jika sudah ada yang mengatur semua.
" Astagfirullah!!!" Gumam Nafisyah, penyesalan yang ia rasa. Tak seharusnya dia seperti ini.
Nafisyah beranjak dari kasurnya, untuk pergi ke kamar mandi, ia ingin mandi taubat dan solat taubat. Meminta ampunan atas semua kekhilapannya.
Assalamualaikum kawan kawan.. Marhaba yaa ramadhan 🤭 hehehehe telat. Aku kembali dengan chapter yang baru dan chapter paling dikit🤭🙈, kembali setelah berminggu-minggu lamanya hehehehe. Afwan Afwan🙏🙏
Rabu, 08 Mei 2019
(03 Ramadhan 1440 H)
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PADA AKAD KEDUA {Terbit}
Spiritual{BISA DIPESAN KE PENULIS/PENERBIT} #🥇keikhlasan (Senin,04 November 2019) #🥇 spritual (Jum'at, 20 Desember 2019) 'Cinta itu butuh kesabaran.' Itulah yang selalu dipegang teguh oleh Nafisyah dan Rahman. Mengawali pernikahan dengan niat saling melupa...