36. next

4.2K 253 47
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
***
"Kehilangan merupakan wujud dari rasa pernah mempunyai."

***

Tak banyak orang tahu tentang perceraian Rahman dan Nafisyah.
Perceraian memang sebuah aib, tak ada orang yang menginginkan sebuah perpisahan.

Orang tua Nafisyah sampai saat ini tidak tahu apa-apa mengenai pernikahan nya.
Bahkan sehabis dirawat dirumah sakit beberapa hari lalu, Nafisyah tak pulang ke rumahnya untuk sekedar menenangkan diri, melainkan ia menghubungi Maya, ia akan berdiam diri di rumah Maya dulu. Tepatnya disebuah pesantren yang berada di daerah Bandung.

Satu fakta yang baru Nafisyah ketahui. Maya sudah menikah beberapa bulan yang lalu. Ia mengikuti arah langkah suaminya, Maya pindah rumah ke Bandung.

Maka dari itu, Nafisyah memilih di kediaman Maya yang ada di Bandung, yang juga tak jauh dari tempat tinggalnya. Jika terjadi sesuatu kan, ia bisa langsung pulang ke rumahnya.

Beruntung nya Maya menikahi pria yang memiliki budi pekerti baik, seorang anak dari pengusaha sukses dan sukses pula membangun sarana pendidikan pesantren.
Tak hanya itu, poin dari pernikahan mereka adalah mereka saling mencintai.

"Hey, ngelamun aja." Sapa Maya di depan pintu kamar, ia menenteng beberapa kitab untuk dibawa mengaji.

"Eeh May, udah mau ngajar ya?" Tanya Nafisyah. Maya menjadi ustadzah di pesantren milik suaminya, ia sangat disegani disini.

"Iya, ikut yu. Dari pada disini terus, bosen kan?" Ajakan Maya untuk tak terus melamun.

"Eemm, emang nggak apa-apa gitu. Kan aku lagi masa Iddah May,"

"Insyaallah nggak apa-apa, lagian aku ngajar santriyah nya aja. Nih, ini madrasah santriyah. Insyaallah gak bakalan ketemu sama santri-santri cowok lainnya," ajak Maya, ia menunjukkan sebuah bangunan yang disebut madrasah yang tak jauh dari rumah Maya berada.
Bahkan atap nya saja hampir menyatu, kalau dari pintu samping akan langsung menuju bangunan tersebut.

"Ya udah, aku siap-siap dulu ya." Ujar Nafisyah yang akhirnya menyetujui ajakan Maya.

***

Disisi lain, tepat nya di keluarga Rahman. Saat tiga hari lalu Rahman menceraikan Nafisyah, ia baru saja membicarakan nya kepada Abi dan ummi nya.

Tentu reaksi kaget timbul pada wajah Abi dan ummi. Hanya saja tidak dengan Fahmi.

Rahman berterus terang dengan nasib pernikahan nya pada Abi dan ummi.
Saat itu jugalah, Abi dengan refleks nya menampar pipi Rahman.

Tentu Rahman merasakan panas yang sungguh luar biasa di pipi kanan nya, ia mengusap lembut pipinya. Amarah tentu ada, hanya saja ia tahan. Lagi pula memang ia yang salah.

"Apa mau mu Rahman!?" Bentak Abi.
"Kamu ceraikan dia, demi Hasna? Sungguh pilihan yang sangat salah.. Abi tidak mengajarkan kamu untuk menyakiti hati perempuan Rahman," bentak Abi lagi.

"Bukan karena itu Bi, aku saja yang memang tidak menyukai Nafisyah saja sejak awal." Jawab Rahman

"Ya! karena kamu cuma kasih hati kamu ke Hasna. Sudah Abi katakan, makanya kamu jangan terlalu mengasih hati pada manusia. Saat kamu di kecewakan oleh dia, harus nya sadar. Hasna bukan buat kamu, ada Nafisyah saat ini. Dan sekarang kamu---," ucap Abi yang memotong pembicaraan nya, Abi tak tahu harus bagaimana lagi saat ini untuk menyadarkan Rahman dengan kesalahannya.

"Mi, lihat! Ini yang ummi mau, Rahman dengan Hasna kan?" Tanya Abi dengan nada geramnya.

Ummi yang sedari tadi menangis didekat Fahmi. Segera menghampiri suaminya.

"Bi, maafin ummi. Bukan ini yang ummi mau bi, ummi gak mau melihat Rahman gagal dalam pernikahan nya. Ummi gak mau Rahman mengorbankan pernikahannya,"

"Terus," sarkas Abi.

"Ummi kasihan sama Hasna begitupun Rahman dan Nafisyah. Hasna tak punya siapa-siapa lagi, ditambah wasiat dari ayahnya." Ucap Ummi menjeda untuk mengambil nafas.
"Rahman. Ummi tau Rahman masih menyukai Hasna. Ummi gak mau Rahman menderita lagi kaya dulu lagi Bi, cukup dulu saja ia seperti itu. Jangan sampai keulang lagi," lanjut ummi.

"Jangan jadikan wasiat sebagai alasannya! Rahman sekarang mengorbankan pernikahannya demi nafsu yang hanya sesaat itu." Ujar Abi, Abi masih dengan kekesalan nya. Ia tak habis pikir dengan istri dan anaknya yang satu ini.

"Sudah bi, sudah! Jangan permasalahan ini lagi. Ini urusan pernikahan Rahman," potong Rahman saat ummi dan abinya saling beradu omongan.
Jangan sampai, Abi memarahi ummi gara-gara pernikahan nya dengan Nafisyah.

"Bukan urusan kamu saja Rahman, ini urusan Abi juga. Sekarang kamu pikirkan, jangan ambil keputusan disaat emosi. Besok juga kita harus ke Bandung. Kalau memang kamu ceraikan Nafisyah, ceraikan dia dengan hormat seperti kamu meminta nya pada Sidik." Ucap panjang Abi.
Abi pun segera duduk dekat istrinya, untuk menenangkan emosi yang menjalar di hati dan pikirannya.

"Bang," Fahmipun bersuara, ia sedari tadi hanya bisa menyaksikan. Fahmi sudah geram dengan semuanya, ia sudah gatal ingin segera menyampaikan apa yang selama ini ia tahu.

"Hem," jawab Rahman.

"Mbak Nafisyah hamil." Ungkap Fahmi.

Sontak, Rahman yang tertunduk lemah kini mengangkatkan kepalanya menghadap Fahmi.

"Hamil?!" Ucap berbarengan Rahman, Abi dan ummi.

"Iya hamil. Tiga hari lalu aku gak sengaja lihat mbak Nafisyah di jalanan, mbak Nafisyah hampir pingsan bang. Aku deketin dia, tiba-tiba langsung ambruk aja di depan aku. Aku bawa mbak ke rumah sakit, dia di rawat selama dua hari dan ternyata Mbak Naf hamil." Ucap penjelasan Fahmi.

"Kenapa kamu baru kasih tahu sekarang Fahmi!!" Ujar Rahman.

"Mbak Nafisyah melarang aku untuk kasih tahu Abang," ujar Fahmi.

"Bi, aku ke Bandung sekarang." Pungkas Rahman begitu saja. Ia tak tahu perasaan apa saat ini. Saat mengetahui Nafisyah hamil ada desiran halus di hatinya.

Anak? Impian mempunyai anaknya sudah terkabul. Hanya saja angan-angan menjadi seorang ayah akan gagal.
Sebelum itu gagal, Rahman ingin mewujudkan nya dulu. Mencoba nya terlebih dahulu.

"Abi ikut," pungkas Abi.

Rahman dan abipun segera bergegas untuk pergi ke Bandung.
Sedangkan Fahmi dan ummi di rumah saja.

****
Alhamdulillah beres.
Part ini dikit, maaf ya.

Tinggalkan vote, saran, kritikan yang membangun ya.
Supaya bisa lebih memperbaiki lagi.

Syukron

#Sabtu,16November2019

CINTA PADA AKAD KEDUA {Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang