22. Mengutarakan

4.3K 177 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
***

Seperti biasanya, Nafisyah akan terbangun malam-malam hanya untuk minum segelas air.
Biasanya gelas tersebut sudah tersedia di nakas dekat tempat tidurnya karena sudah di siap kan terlebih dahulu oleh Rahman sebelum mereka tidur. Kini, segelas minum itu tak ada. Rahman memang benar-benar marah pada Nafisyah, Rahman mendiamkan Nafisyah

Nafisyah segera bergegas berdiri untuk pergi ke dapur mengambil air. Dan setelah itu kebiasaan lainya ketika sudah menikah, ia akan sempatkan waktu untuk solat tahajud bersama Rahman.

Ketika sudah berwudhu, rasa ragu menyelimuti hati Nafisyah. Ia ragu haruskah membangunkan Rahman atau membiarkannya tidur pulas. Dan jika dibangunkan pun Rahman sepertinya masih marah.

"Aahh tak apalah aku bangunin, habis solat aku mau minta maaf lagi" ujar Nafisyah seraya mendekati Rahman yang sedang tertidur pulas.

"Aa bangun, solat tahajud yuk. Aa.." ucap Nafisyah sambil menggerak-gerakkan badan Rahman.

"Eemm.. jam berapa?" Tanya Rahman sambil menggeliat kan badannya.
"Jam dua a, cepetan aku tunggu ya" ucap Nafisyah.

Bahkan setelah solat tahajud selesai, Rahman masih mendiamkan Nafisyah. Usai salaman Rahman langsung membalikkan badan untuk melanjutkan dzikirnya.

Nafisyah bingung harus bagaimana sekarang, selagi menunggu rahman beres berdzikir dan usai selesai membaca Al Qur'an. Nafisyah merangkai kata untuk mulai bicara pada Rahman.

Nafisyah tak sanggup jika terus di diamkan seperti ini oleh Rahman.

"Sodakollahhul adzim.." ucap Rahman setelah menyelesaikan bacaan surat Al Mulk nya.

Nafisyah mengamati Rahman, yang jika setelah selesai ia akan mengangkat Al-Qur'an itu untuk diletakkan ke keningnya dan setelah itu ia akan mencium Al-Qur'an itu. Seperti nya Rahman memang benar-benar mencintai Kalam Allah itu.

"A?" Ucap Nafisyah ragu
"Hem" jawab Rahman
"A masih marah sama aku?" Ucap Nafisyah. Yang ditanya malah tak menjawab nya, rahman lebih memilih berdiri mengambil salah satu buku tebalnya di lemari buku.

Nafisyah yang melihat tingkah Rahman bisa menyimpulkan, ternyata Rahman masih marah padanya. Dengan masih memakai mukena, Nafisyah langsung berdiri dan menghampiri Rahman.
Nafisyah memeluknya dari belakang, mengeratkan pelukannya. Supaya Rahman berbicara.

"Aa iihhhh" ucap Nafisyah melepaskan pelukan.
"Apa?" Jawab Rahman.
"A maafin Nafisyah yah A.. aku gak bakal ngulangin lagi janji a.. ya a maafin aku" ucap Nafisyah.

Rahman mendengar permintaan maaf Nafisyah, ia segera meletakkan buku tersebut pada tempat nya dan membalikkan badan menghadap Nafisyah.

"Aku gak marah, aku lagi males aja ngomong sama kamu" ucap Rahman dengan sejujur-jujurnya nya.
"Ihh a itu marah namanya, maafin aku ya a" ucap Nafisyah lagi.

"Iya aku maafin, udah ah jangan kaya gini. Lagian aku gak marah sama kamu" ucap Rahman dengan satu kalimat panjang.
"Sini.." ucap Rahman, mengajak Nafisyah untuk duduk di kasur.
"Buka dulu mukena nya sayang" ucap Rahman lagi.

Nafisyah hanya terdiam dengan menuruti apa yang dikatakan oleh Rahman.

"Nah sekarang kamu duduk disini, aku mau tidur di paha kamu" suruh Rahman pada Nafisyah. Nafisyah bingung dengan sikap Rahman sekarang, mau apa sebenarnya.

"Aa mau tidur lagi? Hem" tanya Nafisyah.
"Iya, aku mau tidur tapi di pangkuan kamu. Boleh kan?" Ucap Rahman, Nafisyah hanya mengangguk kan kepala untuk menjawab ajakan Rahman itu.

CINTA PADA AKAD KEDUA {Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang