11. Menetapkan hati

3.7K 176 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
***

POV Rahman

Khawatir rasanya ketika melihat Nafisyah terbaring lemah di blankar rumah sakit, Rahman memutuskan untuk membawa nya pulang ke Bandung.

Mungkin, jika ia di pulangkan dulu akan lebih mudah untuk sembuh.

Depresi? Mengapa bisa ia seperti itu, bukannya pas pengajian ia masih biasa-biasa. Kenapa tiba-tiba seperti ini? Ada apa dengannya.


Di dalam mobil, seketika Rahman menjadi kaku ketika melihat Nafisyah bangun dari tidurnya dan mengerang kesakitan.

Rahman terlihat gugup ketika Nafisyah mulai mengajaknya ngobrol. Bodohnya, ia lupa. Sejak tadi di Rumah sakit Nafisyah belum makan ataupun minum, ia khawatir dengan kondisinya sampai melupakan makan dan minumnya.

Alhasil, ia turun ke sebuah warung dan membeli air mineral tidak lupa dengan rotinya. Rahman meruntuti kebodohannya.

Berjam-jam di perjalanan, akhirnya ia bisa sampai dengan selamat di depan rumah Nafisyah.

Dengan kebodohan lainnya, Rahman malah membentak Nafisyah ketika ia melihat Nafisyah terduduk di tanah dekat mobil.

Bukan tak ingin membantu untuk berjalan, tapi mereka belum pantas untuk saling berpegangan walaupun dalam situasi seperti itu.


Tadinya Rahman akan memanggil ayah atau ibu nya Nafisyah untuk membawa nya kedalam Rumah, tetapi Ayah atau Ibunya pun susah untuk dihubungi.

Dengan terpaksa, ia harus membantunya berdiri dan membawa kursi roda yang sempat ia beli terlebih dahulu sebelum ke Bandung.

"Ya Allah maafkan hamba, tetapkan hafalan hamba didalam otak dan hati hamba" gumam Rahman, dalam hatinya.

Setelah ia bisa menghubungi ayahnya Nafisyah, Nafisyah dii bawa oleh ibunya ke kamar. Dan Rahman meminta izin untuk istirahat di rumah Nafisyah.

Pagi-pagi sekali, setelah sarapan Rahman pulang. Setelah berpamitan dengan orang tua Nafisyah, Rahman memutuskan untuk tidak langsung kembali ke Bogor.

Karena acara pernikahan sahabatnya akan di gelas tiga hari lagi, ia akan menginap di sebuah hotel yang telah ia boking sebelumnya ketika di rumah Nafisyah.

Baru saja rebahan di atas kasurnya, notif telepon Rahman berdering, ternyata telpon dari Bu Maira, ibu Nafisyah. Segera Rahman mengangkat telpon tersebut.


"Assalamualaikum!" ucap Rahman.

"Waalaikum salam. Rahman, bantu ibu nak. Ibu khawatir" ucap Bu Maira dengan nada kekhawatirannya.

"Ada apa bu, coba ibu cerita" Ucap Rahman menenangkan.

"Rahman, ibu sudah tahu permasalahan Nafisyah" ucap ibu Nafisyah dan menjelaskan apa yang terjadi.

"Yang ibu ingin kamu coba kuatkan Nafisyah, jangan terlalu berlarut-larut dalam kesedihannya. Ini nomer Nafisyah, coba kamu hubungi dia. Kasih ia pengertian" ucap panjang lebar Bu Maira.

CINTA PADA AKAD KEDUA {Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang