4.kata yang tak sempat terucap

5.7K 233 1
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
***

"

Pada dasarnya setiap manusia dihadapan Allah memiliki posisi atau status yang sama, yang membedakan kita adalah ketakwaan.
Allah SWT menciptakan manusia supaya beribadah kepada-Nya. Allah memandang manusia pada hatinya dan bukan pada ciri-ciri fisiknya.
Jadi, dalam kehidupan sehari-hari hendaklah kita bersikap apa adanya dan janganlah membeda-bedakan antara yang satu dengan yang lain.
Sesungguhnya kita tak tahu siapa yang paling mulia dimata-Nya.”

“Itulah kesimpulan materi pembelajaran pada pagi ini, mengenai membiasakan berperilaku Musawwah dalam kehidupan sehari-hari.” Ucap penuh tegas Ustazah Anisa.

"Sekian dari saya, semoga kita dapat membiasakan diri dari akhlak terpuji tersebut. Maaf bila dalam menyampaikan materi kurang jelas, kesalahan datangnya dari saya dan kebenaran semata datangnya hanya dari Allah SWT. Semoga ilmu tersebut bermanfaat bagi kita semua. Wallahu A’lam bi shoab, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh." Tutur Ustazah Anisa dengan lemah lembut, ketika menutup pengajian pagi ini.

"Aamiin." Serempak seisi kelas meng-aamiinkan ucapan ustazah Anisa tersebut.

"Eeh, eh, ustazah Anisa lemah lembut, ya, bicaranya. Jadi adem nih ane lihatnya." Ujar salah seorang santri ketika ustazah Anisa sudah keluar dari kelas.

"Iya nih, adem banget. jadi pengen punya istri kaya dia, deh, haha," jawab santri yang lain. "Udah cantik, baik, pinter, ustazah. Sempurna deh kalau jadi istri."

"Ana khitbah kali ya, takut kecolongan orang. Hahaha,” lanjut obrolan mereka.

Di balik hijab atau penghalang antara santri laki-laki dan perempuan, Nafisyah mendengarkan ucapan mereka.
“Kan, bener, yang jadi tolak ukur ketika melihat seseorang itu pasti fisiknya dulu.” Gerutu Nafisyah.

"Hey, kalian, jangan jadi biang gosip. Aneh, deh." Timbal Ainun dengan beraninya.

"Hak kita dong, The Nun." Ucap Andri, salah seorang santri yang mengenali Ainun.

"Lagian bukan cuma wanita aja yang bisa gosip-gosipan kaya gitu, kita laki juga bisa kali, hahaha," jawab Yusuf dengan penuh percaya diri, disertai gelak tawa para santri yang lain.

“Eet, ett, manggil apa tadi? The Nun! Apaan tuh,” ucap Ainun sewot.

“Yah, yah, kudet nih.” Ledek Andri, “Film horor luar negeri yang pernah ngehits itu, lho. Makanya jadi santri juga gak boleh kudet, harus tetap update dong!” ucapnya lagi sambil ketawa dan melanjutkan obrolannya tentang ustazah Anisa.

"Astagfirullah, heran aku, aneh banget kalian. Kalian mau makan daging saudara kalian sendiri nanti di akhirat, hah!?" protes Maya, ketika mereka malah berlanjut bergosip riang.

“Yah nggak lah, lagian kan ini ngegosip yang baik-baik. Udah ah kalian bertiga sensi banget sih, ngiri yah sama ustazah Anisa." ucap Yusuf seraya meledek.

“Nggak lah, buat apa iri!” ucap Maya dengan nada ngegasnya.

"Gak ada kali gosip yang baik, kalau adapun nanti ujung-ujungnya belok dari ucapan awalnya," jelas Nafisyah yang iku berdebat dengan mereka.

“Tuh, denger! Memang nggak ada gosip yang bernilai baik, semua gosip atau ghibah pasti menyelipkan kata-kata yang kalau didengar orang yang sedang di ghibahin pasti sakit hatinya. Apalagi kalau yang dighibahin mendengar ghibahan yang gak beneran tuh, memang terkadang awal nya berniat baik menjabarkan kebaikan orang yang dibicarakan. Tapi, tak sedikit orang akan menyelipkan kata 'tapi' saat dalam obrolannya. Yang contoh nya sih seperti ini ‘lihat deh wanita itu cantik, pake kerudung, tapi sayangnya tomboy’ atau ‘lihat deh pria itu cakep, ganteng tapi sayangnya pendek’. Dan masih banyak contoh lainnya di kehidupan kita ini.” Ungkap Maya, menjelaskan pada santri laki-laki tentang ghibah yang sering di anggap sepele saat awal memulainya.

CINTA PADA AKAD KEDUA {Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang