15. Lamaran

4.2K 180 4
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
***


Lima hari telah berlalu. Dan kini Nafisyah bersiap-siap akan pulang ke rumah 2hari lagi. Nafisyah berkemas pakaian beberapa saja, karena ia akan pulang hanya beberapa hari. Tak lama, Nafisyah sangat tidak enak pada Abi Umar dan Ummah Salamah karena selalu pulang ke rumah.

Mengenai ustadz Rahman, Nafisyah tak ambil pusing. Mungkin dia sedang menjaga perasaan untuk satu sama lain.

Lamaran Ustadz Rahman terhadap Nafisyah belum banyak orang yang tahu. Hanya Maya dan keluarga besar nya ustadz Rahman saja, Nafisyah tak ingin mengumbarnya takut lamaran tersebut tidak jadi. ustadz Rahman juga tak mengumbarnya, tak tahu apa alasannya.

Hubungan Nafisyah dan ustadz Rahman tidak berbeda, seperti seorang guru dan murid. Tak banyak menyapa, tak banyak memandang.

Nafisyah sempat heran, mengapa sikapnya biasa saja sedangkan Nafisyah selalu salah tingkah jika ada ustadz Rahman lewat atau sekedar mengajar.

Seperti tadi malam, ustadz Rahman mengajar dengan bahan kajian yang telah ia persiapkan. Tak ada sikap yang istimewa kepada Nafisyah, layaknya santri yang lain.

Bahkan ketika setor hapalan Al-Qur'an, Nafisyah selalu salah dan terus di bentak-bentak.
"Yang bener bacaannya Nafisyah!!, Tahsin nya itu.."

"Kelewat bacaannya!! Sudah hapalkan kembali" Dan masih banyak lagi.

Bukan karena gak hapal, Nafisyah hanya gugup saja. Jadi ia tak bisa konsentrasi saat hapalan.

"Heyy Naf, ngelamun aja" ujar Maya sambil menepuk pundak Nafisyah.

"Eehh nggak, orang lagi beres-beres" ucap Nafisyah.

"Beres-beres atau ngacak-acak? Heemm?" Ucap Maya lagi, yang melihat baju Nafisyah yang berantakan.

"Astagfirullah!!! Kenapa gini yah" ujar Nafisyah yang melihat baju-baju nya berantakan.

"Perasaan aku masukkin ke dalam tas cuma beberapa, ini malah selomari aku masukin. Yah nggak muat!" Ucap Nafisyah kembali. Sambil mengeluarkan bajunya.

"Ngelamun sih" ucap Maya.

"Gara-gara ustadz Rahman!! Iihhhh.. sebel aku sama dia" ucap Nafisyah geram, dan kembali mengacak-acak baju nya.

"Astagfirullah! Nih baju gak usah di lempar-lempar kali" Maya memungut baju yang di lempar Nafisyah cukup jauh.
"Emang ada masalah apa sih, sampai segitunya" tanya maya.

"Gak tahu ah, sebel aja gitu." Jawab Nafisyah.
"Kita kan lamaran yah, tapi dia gak ada respon sikap apapun gitu sama aku may. Nyebelin banget" lanjut Nafisyah.

"Iyah gara-gara itu, katanya gak mau di pikirin. Ini kepikiran yah?? Hahahaha" ucap Maya malah mengejek.

"Idddihhhhh.. ngelintas aja gitu. Lagian males juga kalau mikirin lamaran ini, kaya nggak ada apa-apa gitu." Ucap Nafisyah
"Awas aja, aku tolak lamarannya baru kerasa heemm" ucap Nafisyah kembali sambil menekan-nekan baju untuk dimasukkan ke dalam tas.

"Ya Allah! Naf. Gitu aja sewot, mungkin lagi jaga perasaan kali. Kalau udah sah mah gak bakal kaya gitu kaya nya. Dingin kaya es batu banget yahh,, tapi nanti kamu harus rubah jadi anget-anget kaya bakwan nya mang Asep noh. Hahahaha" ucap Maya

"Iyah juga sih, tega yah kamu bandingin ustadz Rahman sama kaya bakwan mang Asep" ucap Nafisyah

"Ya marah nih, cieee ahhh udah mulai sayang-sayangan nihh" ejek Maya

CINTA PADA AKAD KEDUA {Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang