26. Idul Adha

4.2K 182 3
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
***

Sebuah pernikahan akan ada saatnya bahagia, tangis, tawa, kecewa. Semua bermetamorfosis silih berganti melingkar.
Yang harus paling utama dilakukan pada fase-fase tersebut, tentunya rasa syukur menjalaninya. Tanpa syukur kita akan salan jalan, salah memilih.

Apalagi pada fase bahagia akan sangat jarang mengingat Sang Pemberi Bahagia sangat jarang sekali rasa syukur itu hadir dalam jiwa, ingat bersyukur kala kebahagiaan terambil.
Disana mereka kadang menjerit ingin kembali pada keadaan semula, dan tak sedikit berkata akan lebih bersyukur kala mendapatkannya.

Padahal kalau diingat, bahagia lawannya sedih. Jangan terlalu terbang dalam kebahagian kita harus ingat bahwa setelah kebahagiaan akan selalu ada kesedihan, dan sebaliknya jangan terlalu terlarut juga dalam kesedihan. Ingat kembali, kebahagiaan akan selalu ada. Akan indah pada waktunya, bukankah begitu?

                   ***

Kini Nafisyah sedang berada di rumah ibunya di Bandung, setelah kejadian kemarin dan beberapa kali mendapat penolakan meminta izin pada Rahman untuk berkunjung ke Bandung.
Rahman bukan tak ingin ke Bandung, tapi ia sedang sibuk membuka kembali cabang di salah satu kota besar.

"Ya udah aa, kalau gak mau aku sendiri aja kerumah" ucap Nafisyah kala itu, ketika kembali meminta untuk ke Bandung. Rasa rindu nya sudah membeludak, tak bisa lagi ditunda-tunda.

"Gak bisa gitu Naf, kamu ngertiin aku dong. Aku lagi sibuk-sibuknya ngurus travel. Buat bisa izin usaha disana, sabar ya. idul adha ini ya" ucap Rahman  sedikit kesal dengan sikap Nafisyah yang terus merengek ingin ke Bandung.

"iya deh, janji ya" ucap Nafisyah sambil memberi isyarat untuk berjanji dengan jari kelingkingnya dan Rahman menyambutnya.

Dan setelah menunggu hari sabtu, ternyata rencana gagal. Katanya ada urusan mendadak, dan lagi-lagi ke Bandung gagal terus.
"Sibuk gimana sih a Rahman?"  Ucap Nafisyah yang terus kepikiran dengan gagalnya ke Bandung, ia semalaman bahagia packing baju untuk bekal nginep disana tapi paginya dikecewain oleh Rahman.
Rahman malah memilih menemui kliennya dari pada menenangkan hati Nafisyah yang kecewa.

Nafisyah terbaring lemah, pikirannya sudah di Bandung tapi jasadnya masih di Bogor.
Nafisyah tak berniat untuk kembali membereskan baju ke dalam lemari, pikirannya penat pusing yang dirasa.

Akhirnya untuk menghilangkan penat dalam otaknya itu, Nafisyah lebih memilih tidur.
"Semoga saja saat bangun aku udah ada di Bandung"  khayalnya sebelum terlelap tidur.

Rahman kembali kerumah setelah tiga jam lamanya, Rahman tak melihat Nafisyah di dapur atau di ruang makan biasanya ia sedang menyiapkan makan siang tapi ketika melihat meja makan terlihat kosong Rahman segera ke kamar.

"Syah... bangun, sudah solat dzuhur belum" ucap Rahman sambil menggerak-gerakkan Nafisyah yang tertidur pulas, rahman melihat pakaian yang dikenakan Nafisyah sebelum ia berangkat menemui klien masih sama. Nafisyah belum mandi dan handuknya masih ada dalam genggaman tangannya.

"Sayang... bangunn mandi dulu, solat dzuhur" lagi dan lagi Rahman membangunkan Nafisyah,alih-alih bangun Nafisyah malah menggeliat menempelkan tangannya didada seraya berkata.
"A, dingin" ucap Nafisyah yang masih menutup mata
"dingin gimana, panas gini" ucap Rahman
"A!" Bentak Nafisyah sambil menarik selimut yang diduduki Rahman.

CINTA PADA AKAD KEDUA {Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang