19. Awal yang baru

5.1K 206 0
                                    

بسم الله الرحمن الرحيم
***

Setelah tiga hari lamanya Rahman di rumah Nafisyah, kini saatnya mereka untuk pergi pulang ke Bogor. Tepatnya ke rumah baru mereka, sebelumnya mereka akan berkunjung terlebih dahulu ke rumah orang tua Rahman.

"A?" Ucap Nafisyah.
"Hemm" jawab Rahman yang sedang mengemudikan mobil.

"Eemm a, kalau boleh tau sebenarnya  Aa kerja apa sih? Kok kelihatannya jarang pergi kemana-mana" tanya Nafisyah. Yah, Pertanyaan itu yang sering ia tanyakan sendiri pada hatinya akhir-akhir ini.

Bukan karena takut suaminya tidak berkerja, tetapi mana mungkin ayah memberikan Nafisyah pada seseorang yang tidak bisa menafkahinya dengan halal.

"Hahahaha" senyumnya
"Iihhh aa kenapa malah senyum, aku tanya bener tahu" ucap Nafisyah yang malah cemberut.

"Lagian.. takut banget aku gak punya pekerjaan hah?" Ucap Rahman
"Bukan gitu a, tapi aku penasaran aja" ucap Nafisyah

"Eemm jadi ini yang akhir-akhir ini kamu lamunin hem?" ucap Rahman sambil mengelus-elus puncak kepala Nafisyah.
Yang ditanya malah tak ada Jawaban, Nafisyah hanya tersipu malu diperlakukan seperti itu oleh Rahman. Mungkin pipi nya sedang memerah sekarang. Rasa nya ada yang sedang menggelitik perut dan hatinya.

"Sayang..... Say" ucap Rahman terpotong.
"Iihh apaan sihh a, sayang sayangan.." ucap Nafisyah yang mendengar untuk pertama kalinya dan cukup membuatnya terkejut sekaligus malu.

"Cciiyyeee malu malu kucing..." Ucap Rahman menggoda.
"Iihh aa.." ucap Nafisyah dengan memukul sedikit bahu Rahman.

"Ya udah iya.. mau tau gak pekerjaan aku apa?" Tanya Rahman. Dan Nafisyah hanya mengangguk saja.

"Sebenarnya aku itu punya usaha yang aku rintis banget dari awal, dari nol. Itu aku kerjakan sama temen aku Alif" ucap Rahman mulai menjelaskan, ketika Rahman mengucapkan nama Alif ia sengaja menjeda ingin melihat reaksi apa yang dikeluarkan oleh Nafisyah.

Dan ternyata dugaan nya benar, tanpa sepengetahuan Nafisyah, Rahman merasa Nafisyah sedikit terusik dengan nama itu. Ia melanjutkan ucapannya.

"Kami mengumpulkan sekuat tenaga untuk membangun usaha itu. Dan Alhamdulillah usaha kami berjalan lancar sampai saat ini walau ada kendala-kendala. Terus biasanya kami  mengawasi setiap hari usaha itu, tapi sekarang karena sudah ada penganti untuk mengawasi. Jadi kami hanya duduk santai duduk manis melihat kemajuan-kemajuan usaha tersebut. Tidak perlu repot-repot setiap hari datang dan kalau ada waktu luang baru kami datang. Kami hanya menerima keuntungan bersihnya setiap awal bulan dan itu lebih dari cukup." Ucap Rahman panjang lebar, dan yang mendengar kan hanya manggut-manggut saja.

"Naahh usaha aku itu travel liburan, nanti kapan-kapan kita liburan pake travel aku yah." Ucap Rahman sedikit mencair dari sebelum nya yang terlihat serius.
"Ouhh travel yah" ucap Nafisyah menanggapi nya
"Iya, jadi kamu gak usah khawatir. Aku akan menafkahi kamu dengan uang yang halal sayang. Mana mungkin aku tega melakukan nya, iman ku tak secetek itu kali" ucap Rahman dibarengi senyumnya.

Dan kini Nafisyah lega mendengar apa kata suaminya itu. Kini hanya deru mobil yang terdengar, Nafisyah males kalau terus ia yang harus mencari topik untuk bicara. Ia memilih untuk melihat jalanan dan tertidur lelap.

***

"MasyaAllah a. Ini rumah kita?" ucap Nafisyah takjub ketika melihat rumah yang sedang ia lihat.
"Sini kita lihat-lihat" ucap Rahman mengajak.

"Aa ya Allah ini bagus banget.. beneran ini tempat tinggal kita" ucap Nafisyah lagi dengan takjubnya

"Iya sayang ini rumah kita, terserah kamu mau pilih kamar yang mana. Tapi kaya nya yang di atas yang paling besar ruangannya." Ucap Rahman
"Iya a, yang di atas aja" ucap Nafisyah yang ikut serta memilih kamar yang di atas yang lebih besar dibanding 2 kamar lainnya. 

CINTA PADA AKAD KEDUA {Terbit}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang