بسم الله الرحمن الرحيم
***
"Harta, tahta dan wanita yang membuat terlena para kaum pria"
***Sudah saat nya tiba, mentari pun sudah muncul begitu terang.
Nafisyah siap untuk mendengarkan apa jawabannya. Ia berjanji tak akan ada lagi air mata, harapannya sudah tak ada lagi pada Rahman."A, bagaimana?" suara Nafisyah pun bergema di telinga Rahman. Setelah semalaman saling berdiam diri.
Nafisyah berdiri, mengambil piring yang telah digunakan sarapan oleh Rahman dan dirinya.
Seperkian detik tak ada jawaban apapun dari Rahman. Sungguh membuat Nafisyah geram."Oke!! Aku tau jawabannya, terimakasih" pungkas Nafisyah dengan nada geramnya. Ia membereskan piring yang selesai ia cuci, setelah itu melesat pergi ke kamar.
"Mau kemana kamu!?" Suara Rahman terdengar nyaring di telinga Nafisyah. Saat ia melihat Nafisyah membawa tas besar dan bergegas untuk pergi.
"Mau kemana!?" Tanya balik Nafisyah pada Rahman, tak lupa menampilkan senyum sinisnya.
"Ya!" Rahman mencegah Nafisyah, ia berdiri di hadapan Nafisyah dan merampas tas nya. Melihat apa isi tas tersebut. "Apa maksudnya?"
"Tidak perlu di jelaskan mungkin. Ya, aku pamit undur diri, selamat atas semuanya" ungkap Nafisyah seraya mengambil paksa tas miliknya.
"Naf, tunggu. Naf!" Rahman mencegah Nafisyah pergi, ia memegang erat tangan Nafisyah.
"Apa maksudnya, memutuskan semua ini, tanpa pernyataan dari aku." Ungkap Rahman kembali.
"Pliss.. jangan seperti ini. Sungguh Naf, aku tak bisa melepaskan kamu. Begitu pun Hasna---,"
"Ck.. Pilih satu a! Aku yang sudah menjadi istri mu atau dia yang masih menjadi mantan tunangan mu." Ujar kekesalan Nafisyah.
"Beri aku waktu, aku mohon. Aku janji akan menjawabnya." Permohonan Rahman.
"Sudah ku bilang a! Apa bedanya dengan nanti. Jika sekarang pun aa bingung dengan pilihan yang sudah jelas seharusnya untuk aku." Ungkap Nafisyah.
"Aku tau ini memberatkan kita, tapi aku mohon tetap ada disisi ku." Pinta Rahman.
"Tetap disisi aa? Dan satu sisi lain buat dia?! Hahahah... Sungguh konyol. Ck.." ujar Nafisyah.
"Naf," Rahman menggenggam erat tangan Nafisyah.
"Sudah lah a, sudah berapa ratus kali aa selalu membuat aku menderita dan dengan satu permasalahan yang sama. Aku mohon, lepaskan aku saja..." Pungkas Nafisyah, ia memalingkan wajah untuk tak bertatapan dengan Rahman. Ia tak mau air matanya keluar percuma lagi.
Hening beberapa saat, kini Rahman menantap lekat mata Nafisyah. Tangannya ia simpan di atas pundak Nafisyah, menyentuh erat tak ingin kehilangan.
"Kamu yakin Naf?" Tanya lembut Rahman, dan dengan anggukan Nafisyah menjawabnya.
"Oke! Jika selama ini kamu selalu menderita berada disamping aku. Dengan semua ini semoga kamu bahagia, aku---,"
"Aku.. kembalikan kamu pada ayahmu, aku talak Humaira Zahratunnafisyah. " dengan satu kali napas Rahman pun menalak Nafisyah.
Ada bagian hati yang meronta, memberi titik luka pada Rahman.
KAMU SEDANG MEMBACA
CINTA PADA AKAD KEDUA {Terbit}
Spiritual{BISA DIPESAN KE PENULIS/PENERBIT} #🥇keikhlasan (Senin,04 November 2019) #🥇 spritual (Jum'at, 20 Desember 2019) 'Cinta itu butuh kesabaran.' Itulah yang selalu dipegang teguh oleh Nafisyah dan Rahman. Mengawali pernikahan dengan niat saling melupa...